Kakak Ismail |
Letih menghadapi pertanyaan
orang-orang mengapa kamu tidak banyak bicara. Kalaupun bicara, kata-kata yang
keluar dari mulutmu belumlah sempurna. Sementara ada anak lain yang umurnya
di bawahmu, sudah bisa bernyanyi dengan
lancar. Ah, mengapa harus membandingkanmu dengan anak lain? Mama yakin kamu
bisa bicara banyak, suatu hari nanti. Daripada mendengarkan omongan orang yang
tak enak didengar, Mama lebih suka memberikanmu permainan yang menarik hatimu.
Iya, Mama gagal mengajakmu bernyanyi, bermain kata, bahkan mendongengkanmu.
Kamu seakan tak tertarik dengan kata-kata. Matamu tak mau menatap Mama dan tak
ada kata yang keluar dari mulutmu. Kamu seakan asyik dengan duniamu,
menggerakkan mobil-mobilanmu ke sana-kemari.
Entah angin apa yang membuat Ayah
memiliki ide untuk memberikanmu pulpen dan kertas. Kejutan! Kamu langsung
menyukainya. Dua benda itu melekat erat di tanganmu, tak mau kaulepas. Ayah dan
Mama mengajarimu menggambar dan menulis. Di usia 2,5 tahun, kamu sudah bisa
menulis abjad dengan baik, dan menggambar berbagai macam benda. Cukup
mengajarkanmu satu kali, kamu sudah langsung bisa. Tak cukup di kertas, coretan
tanganmu pun mendarat di tembok rumah kita, di tembok rumah Nenek, dan di
tembok rumah siapa saja! Ketika orang-orang melihat coretanmu yang bukan
sekadar garis tak beraturan, mereka mengatakan “Ismail cerdas!”
Ah, bukankah setiap anak memiliki
keahliannya masing-masing? Jadi, tidaklah benar jika kita membandingkan anak
yang satu dengan yang lain. Sejak itu Mama tahu bahwa kamu memang tak banyak
bicara, tetapi kamu suka menggambar. Kamu menggambar apa saja yang kamu lihat,
tanpa diajari. Saat kamu melihat gambar pelangi di film kartun, kamu langsung
menggambarnya di kertas. Tanganmu begitu cepat menggoreskan pena di kertas, di
tembok, di pintu, dan di mana saja yang bisa kaujadikan tempat menggambar. Mama
tak mau melarang, karena tak ingin mengekang kebebasan berekspresimu.
Setidaknya untuk saat ini, sampai usiamu bertambah untuk memahami mengapa kamu
tak boleh terus menerus menggambar di tembok dan di pintu rumah.
Namun, Mama juga ingin kamu bisa
bergaul dengan orang-orang di sekitarmu. Mama yakin, kesulitanmu menanggapi
omongan orang adalah karena kita tidak banyak bergaul. Iya, di tahun pertama
kelahiranmu, Mama memang tidak sering keluar rumah. Mama tidak terbiasa bercengkerama
di luar rumah bersama para tetangga. Sebuah kebiasaan yang buruk. Untuk
menstimulasi perkembangan bicaramu, Mama mulai banyak bergaul. Tentu saja dengan membawamu. Bertemu dengan
para tetangga, bertukar cerita, dan kamu pun memperhatikan ucapan-ucapan Mama. Mama
mengenalkanmu kepada para tetangga.
Mama juga mengajakmu bernyanyi
dan membacakanmu cerita, meskipun kamu masih memalingkan muka dan tak mau
mengikuti nyanyian Mama. Kamu bahkan pernah berkata, “Belhenti, suala Mama
jelek!” dan Mama hanya tertawa, lalu kembali bernyanyi. Ketika adikmu sudah
fasih berbicara, kamu mulai ikut-ikutan banyak bicara. Mama menyetelkanmu VCD
anak-anak, menemanimu menonton film-film kartun yang baik untuk menstimulasi
kecerdasanmu. Awalnya kamu terpaku melihat gambar-gambar di televisi itu
berbicara, lalu kamu mengikuti ucapan mereka. Sesuatu yang lucu, karena sering
kali kata-kata yang mereka ucapkan itu masih terlalu tinggi untukmu. Bagaimana
takjubnya Mama ketika kamu berkata, “Mama, jangan menghalangiku!” Iya, film
kartun itu menggunakan bahasa baku, karena dialihsuarakan dari bahasa aslinya. Bahkan,
kamu bisa mengucapkan kata dalam Bahasa Inggris.
Ada banyak cara untuk
menstimulasi kecerdasan anak, dan Mama berusaha melakukan semua cara. Rupanya
kamu menyukai permainan yang mengajak otak untuk berpikir, seperti menyusun
puzzle dan lego. Sudah banyak puzzle yang bisa kamu pecahkan, dari yang
sederhana sampai rumit. Kamu juga bisa membentuk bermacam benda dari
kepingan-kepingan lego; pesawat terbang, robot, dan kereta. Imajinasimu luas, bahkan
kertas-kertas dan potongan-potongan mainan, kauibaratkan sebuah permainan yang
mengasyikkan.
Untuk meningkatkan daya konsentrasi anak, Mama tak hanya memberikanmu stimulasi dari permainan, melainkan
juga dari makanan dan minuman yang kau konsumsi. Mama memasakkanmu makanan
bergizi, telur puyuh, ikan salmon, ikan tuna, yang mengandung Protein dan Omega
3, bermanfaat untuk asupan otak anak. Sayur mayur seperti bayam dan brokoli pun
kamu suka. Untuk sayur yang tidak kamu sukai, misalnya wortel, Mama masukkan ke
dalam adonan cake. Kamu tidak tahu bahwa cake yang kamu makan terbuat dari
wortel.
Mama ingat, dulu sewaktu hamil, Bidan memberikan minyak ikan yang katanya bermanfaat untuk pertumbuhan otak janin. Setelah usiamu satu tahun, Mama juga memberikanmu suplemen minyak ikan dengan multivitamin. Suplemen yang berasal dari minyak hati ikan Cod di Perairan Atlantic yang bebas pencemaran ini, mengandung DHA tinggi dan Omega 3 yang bermanfaat untuk pertumbuhan otakmu. Selain itu, juga mengandung multivitamin agar kamu tidak gampang sakit. Sari jeruk aslinya tidak mengandung pengawet dan perasa buatan, sehingga Mama tidak perlu mengkhawatirkan tubuhmu terkontraminasi zat-zat kimia berbahaya.
Suatu hari, Mama terkejut mendapatimu
bernyanyi untuk adik bayimu! Iya, saat itu Mama memintamu untuk menjaga adik
bayi karena Mama mau ke kamar mandi sebentar. Lalu saat Mama kembali, kamu sedang
bernyanyi untuk adikmu. Mama segera mengambil ponsel untuk merekam videomu. Nah,
lihatlah video ini. Kamu bernyanyi untuk adikmu. Meskipun nyanyianmu baru
berupa nada (belum lirik, karena kamu tidak suka bernyanyi, jadi tidak hapal lirik), tapi
sukses membuat adikmu tenang. Sekarang, kamu sudah hapal beberapa lirik lagu. Mama
tahu bahwa kamu pasti bisa!
setiap anak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing mbak, ada yang cepat ngomong tapi malah ga cepat bisa jalan, begitu pula sebaliknya, yang penting anak dapat tumbuh dan mendapat kasih sayang secukupnya.
ReplyDelete:') maaf saya lagi sensi to the max, mbak. jadi mbrebes mili baca post-nya...
ReplyDeletewalaupun saya belum punya anak, tp dr saya kecil saya sudah suka sama anak2. jd sy selalu tertarik sama sharing2 tentang tumbuh kembang anak. betul ya, mbak, setiap anak itu memang unik.
makasih untuk sharing-nya, insyaAllah jadi pelajaran buat saya dalam mendidik anak2 saya kelak. :')
Persis, mbak... anakku perempuan 2 tahun baru bisa bilang 'Aba' aja... tapi keterlambatannya cuma itu, aspek tumbuh kembang lain nyaris sempurna. Ada yang bilang anakku gejala autis, tapi bagaimana mungkin, karena anak perempuanku ini sangat interaktif dengan siapapun!
ReplyDeleteAku juga mirip sama mbak, gak banyak ngomong tapi lebih suka menulis dan melakukan. aku ini penelepon singkat tapi pengirim sms yang panjang dan detail, hehe.. Jadi, sifatku itulah yang membuat anakku lamban bicara. Ditambah, aku pun dulu telat ngomong.. karena keterlambatan bicara bisa berasal dari faktor keturunan.
Anak perempuanku pun lebih suka corat2 gambar, buka2 buku sambil disobek2 kadang, menysun balok atau buku2 hard cover dibikin jadi menara atau benteng2an hehe... Sekarang 2 tahun udah bisa makan sendiri, pake baju sendiri meski masih blm sempurna... pinter nari dan ramah kepada siapapun. Ya, anak dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing2,,,,,
Salam hangat... ^^