Kasus pedofilia homoseksual yang
belakangan ini banyak diangkat di Indonesia, mulai dari sekolah JIS sampai
Emon, bener-bener bikin saya emosi. Saya jadi inget, sebelum punya anak, suami
saya kepingin punya anak laki-laki semua, “supaya gampang jagainnya. Kalau anak
perempuan nanti susah jagainnya. Banyak kasus pemerkosaan atau hamil di luar
nikah.” Tapi, apa yang terjadi sekarang? Justru anak laki-laki yang jadi korban
Emon Cs! Grrrrkkk…. Geram sekali rasanya.
Orang tua yang memiliki anak
laki-laki pasti banyak yang gak menduga kalau anak mereka menjadi korban
pemerkosaan pedofil homoseks. Apalagi anak-anak di kampung itu suka mandi di
kali bersama-sama, tanpa busana. Aurat laki-laki lebih longgar daripada perempuan.
Kalau perempuan harus menutup seluruh tubuhnya, laki-laki hanya dari pinggang
sampai lutut. Gak heran, laki-laki bisa lebih terbuka dalam berbusana.
Toilet laki-laki saja didesain
terbuka. Kebetulan, saya kemarin terpaksa masuk ke toilet laki-laki karena
toilet perempuan masih dikunci, tapi gak ada seorang laki-laki pun di sana
karena hari masih pagi dan itupun atas anjuran penjaga bangunan yang tidak
memegang kunci toilet perempuan. Saya melihat sendiri tempat pipis laki-laki
itu terbuka. Memang ada toilet tertutup, tapi kan gak semuanya sadar diri untuk
buang air di tempat tertutup. Ibaratnya, laki-laki itu bisa buang air di mana
saja. Di belakang pohon pun jadi. Demikian, masyarakat membiasakan kebebasan
membuka aurat bagi laki-laki. Padahal, kaum LGBT mengancam!
Saat ini mulai ada anggapan bahwa
LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, Transgender) itu normal. Iya, NORMAL. Sama seperti perilaku seks heteroseksual.
Televisi dan media massa sekuler membawa isu LGBT ke masyarakat, sehingga
perlahan-perlahan kita menganggap bahwa LGBT adalah hak asasi manusia dan
NORMAL. Aneh sekali, padahal beberapa tahun di belakang kita, orang-orang
homoseks bakal dikecam habis-habisan dan tidak berani menampakkan penyimpangan
seksualnya. Sekarang, mereka bisa ngomong terang-terangan kalau mereka itu
homoseks. Kalau dulu kaum homoseks dibully, sekarang malah yang menolak
homoseks itu yang dibully. Sebenarnya saya juga was-was nih nulis kayak begini,
tapi saya sudah siapin mental. Kalau saya berani mengeluarkan tulisan ini, saya
juga harus berani dibully. Ini demi masa depan anak-anak kita.
Secara agama, saya MENOLAK LGBT
karena diharamkan oleh agama. Kaum Sodom saja dilaknat dan diazab oleh Allah
Swt karena perilaku seks menyimpang, masa saya mau ikut-ikutan mendukung
gerakan LGBT? Saya tidak berani menentang hukum Allah. Secara individu, saya MENOLAK LGBT karena saya
adalah ibu dari tiga anak yang tidak mau masa depan mereka rusak gara-gara
hubungan seks menyimpang. Saya ingin kelak mereka menjadi orang dewasa yang
NORMAL dan menjalani hubungan seks yang NORMAL.
Saya ingat dulu waktu SMA, saya
punya seorang teman perempuan yang sangat cantik. Saya saja setuju bilang kalau
dia cantik. Suatu hari, dia bercerita dengan takut-takut kalau dia tidak mau
berpapasan dengan teman kami, sebut saja namanya S. S itu seorang teman
perempuan, tapi tomboy. Saya tidak mengerti kenapa. Sampai kemudian kami
tiba-tiba berpapasan. Teman saya sudah berusaha menghindar, tapi si S terus
mengikuti. S memeluk teman saya dari belakang dan menciumi lehernya. Perbuatan
itu dilakukan dengan ringan, seakan tak ada yang salah. Saya yang juga masih
polos dan belum terpikir adanya perilaku lesbian, walaupun merasa aneh, tapi
tetap menganggap hal itu biasa, sampai teman saya bilang kalau dia geli
terhadap perlakuan S. Dia merasa bahwa S ini “suka” sama dia. Pelukan dan
ciumannya itu “berbeda.”
HAH? Pikir saya, masa perempuan
bisa suka sama perempuan? Saya juga suka sih melihat teman saya itu, karena dia
cantik. Tapi, saya hanya mengagumi kecantikannya saja, seperti seorang
perempuan yang iri terhadap kecantikan perempuan lain. Tidak ada nafsu pingin
meluk atau cium, hiiy…. Saat itu pikiran saya mulai terbuka mengenai hubungan
sesama jenis. Untung saja teman saya itu cepat-cepat pakai jilbab dan menjadi
lebih tertutup, sehingga dia punya alasan untuk menolak dicium oleh si S.
Dari semua kasus itu, sebagai
ibu, saya harus ekstra ketat menjaga anak-anak dan memberikan arahan-arahan
agar kelak mereka bisa menjaga auratnya, walaupun laki-laki. Dalam agama Islam
pun sudah ada aturan-aturan menjaga aurat terhadap teman sejenis, diantaranya:
Dari
Abu Said Al-Khudri Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda.“Artinya: Tidak diperbolehkan bagi orang laki-laki melihat
aurat laki-laki, dan wanita melihat aurat wanita. Dan tidak boleh seorang
laki-laki dengan orang laki-laki lain dalam satu selimut, dan wanita dengan
wanita lain dalam satu selimut” . (Hadits Riwayat Muslim)
Imam
Nawawi Rahimahullahu mengatakan:
“Dalam
hadits tersebut terdapat larangan bagi orang laki-laki melihat aurat laki-laki
lain, dan wanita melihat aurat wanita lain. Larangan ini sama sekali tidak
dapat diganggugugat”.
Selanjutnya
Imam Nawawi mengatakan: “Mengenai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam , ‘Dan tidak boleh seorang laki-laki bergabung dengan orang laki-laki
lain dalam satu selimut, dan wanita bergabung dengan wanita lain dalam satu
selimut’, merupakan larangan yang sifatnya haram apabila di antara keduanya
tidak terdapat pemisah. Dan itu menunjukkan larangan penyentuhan aurat bagian
tubuh mana pun, baik laki-laki maupun wanita. Hal itu telah menjadi kesepakatan
para ulama.
Batasan
aurat yang harus ditutupi oleh wanita Muslimah bagi wanita Muslimah lainnya
adalah dari pusar sampai ke lutut. Sedangkan aurat yang harus ditutup oleh
wanita Muslimah dari pandangan wanita non-Muslimah adalah seperti penutupan
yang harus dilakukannya terhadap laki-laki yang bukan mahramnya. Sumber: http://islami123.wordpress.com/2012/04/15/melihat-aurat-sesama-jenis-boleh-atau-tidak/
- Tidak tidur dalam satu selimut. Coba deh, kita amat sedikit yang memahami ini. Dianggapnya karena teman kita itu sesama jenis, kita bakal aman. Padahal, setan ada di mana-mana. Walaupun sesama jenis, kita tetap dilarang tidur dalam satu selimut karena bisa terjadi hal-hal yang menyimpang.
- Tidak mandi bersama. Nah, mandi bareng ini juga dulu saya tidak tahu kalau dilarang. Saya pikir, karena sama-sama perempuan, kita bisa mandi sama-sama. Saya baru tahu setelah ikut pengajian, bahwa terhadap teman perempuan pun dilarang membuka aurat yang vital. Apalagi mandi bareng tanpa busana.
- Tidak membuka aurat yang vital, kecuali untuk kepentingan pengobatan. Bagi perempuan muslim, aturannya lebih ketat. Kita tetap harus memakai jilbab di depan perempuan nonmuslim. Kalau di depan perempuan muslim, kita boleh buka jilbab, tapi tetap tidak boleh tanpa busana. Aurat-aurat yang vital tetap harus ditutup, kecuali untuk kepentingan pengobatan misalnya melahirkan atau sakit tertentu.
Jika membuka aurat di depan teman
sejenis saja dilarang, apalagi melakukan sentuhan-sentuhan intim? Dipikirnya,
karena sejenis, jadi terlepas dari keharaman
bersentuhan, padahal TIDAK. Sentuhan-sentuhan intim yang membangkitkan
birahi, baik terhadap teman sejenis, ya jatuhnya HARAM. Hukumnya sama dengan
berhubungan seks bersama lawan jenis yang tidak terikat pernikahan, alias ZINA.
Dalam syariah Islam, tentu saja hukumannya adalah RAJAM.
Saya tidak ingin bicara tentang
takdir. Bagaimana jika kecenderungan penyimpangan seksual itu sudah ditakdirkan
Allah? Saya yakin bahwa hukum Allah itu baik bagi hamba-Nya. Jika kaum Nabi
Luth saja diazab, apalagi kaum kita? Tinggal tunggu saja azab-Nya, bila semua
penyimpangan ini merajalela. Demi masa depan anak-anak, kita harus menjaga
anak-anak kita dari virus LGBT, diantaranya dengan:
- Memberikan batasan aurat yang boleh diperlihatkan, bukan saja terhadap lawan jenis, melainkan juga teman sejenis.
- Melarang melihat aurat orang lain, baik itu secara langsung, maupun melalui media-media internet, televisi, dan sebagainya.
- Memberikan batasan hubungan pertemanan, termasuk teman sesama jenis, sebagaimana yang saya sebutkan di atas: tidak mandi bareng, tidak tidur satu selimut, tidak membuka aurat yang vital.
- Membuka komunikasi yang intensif dengan anak-anak, jangan sampai kita kecolongan gara-gara cuek.
- Menjadi sahabat yang baik bagi anak-anak, bukan semata ibu yang mengekang dan membatasi.
- Menjalin hubungan yang harmonis bersama pasangan hidup, alias suami, supaya anak-anak gak stress dan mencari tempat pelampiasan.
- Mengajari seks sejak dini, sesuai dengan umurnya. Termasuk memberitahu bahwa pasangan LAKI-LAKI adalah PEREMPUAN, bukan LAKI-LAKI juga.
- Selalu mendoakan anak-anak agar senantiasa dijaga oleh Allah Swt, sebab usaha kita amat sangat terbatas. Allahlah yang bisa menjaga anak-anak kita tanpa lepas sedikit pun.
Ya Allah, selamatkan generasi
kami dari serbuan LGBT, aamiin!
Hai Mak, lagi belum bisa bobok dan pengen BW :D
ReplyDeleteIya ya, haduh, zaman makin mengerikan. Kaum LBGT sudah makin banyak. Secara agama, kebetulan di Protestan juga ada larangan untuk menyukai sesama jenis. Secara individu, aku juga masih menganut prinsip perempuan 'berjodoh' dengan laki-laki dan sebaliknya. Sebagai ibu, pengennya Ubii juga bisa di jalan yang aku ikuti. Amin. Tapi, ada yang menarik tentang LGBT buatku. Aku pernah membaca kultwit seorang dokter, sayang nya sudah cukup lama dan aku benar2 lupa akun Twitternya. Beliau, dalam kultwitnya, menjelaskan bahwa keadaan menyukai sesama jenis bisa terbentuk sejak janin masih dikandung ibunya. Beliau juga menyebut kata kromosom atau apa ya, sayang aku benar2 lupa. Nanti aku cari lagi deh. Jadi, untuk anak yang memang sudah mendapat potensi untuk menjadi gay sejak dalam kandungan, ya dia 'hanya' meneruskan itu saat ia sudah dewasa. Beliau juga lalu menjelaskan bahwa kini gay bukan lagi dianggap sebagai suatu kelainan, dengan catatan yang bersangkutan nggak merasa terganggu/merasa ada yang salah/merasa ada yang perlu diobati dengan ke-gay-an mereka. Tapi tentunya hal-hal kayak gini juga banyak pro dan kontra ya, Mak. LGBT ini selalu jadi topik menarik buatku. Kebetulan, ada beberapa teman yang cukup dekat dan mereka gay. Jadi sudah lumayan biasa buatku berinteraksi dengan gays. Anyway, nice sharing, Mak. Sukaakk :D
untuk zaman sekarang mengasuh anak sangat sulit ya mak, perempuan dan lelaki sama saja sulitnya bahaya mengintai mereka.
ReplyDeleteperlu kewaspadaan bersama untuk melindungi anak-anak kita.
terimakasih untuk infonya mak sangat bermanfaat
Suka tips2 nya. Makasih mbak
ReplyDeleteIya, aku juga baru tahu adanya 'orang-orang' seperti ini ketika kuliah. Zaman sekolah sih, aku sangat polos. Liat cowok gandengan dengan cowok lain, aku kira biasa. Begitu pula sesama cewek. Aku kira, kalo pun jadi bencong, itu karena desakan ekonomi, bukan karena orientasi seksual. Duh... ngeri pas tahu.
ReplyDeleteSebagai orangtua, jelas ini sangat membuat takut. Dari keluarga lah fondasi yang kuat harus bermula. Sebab nanti saat anak-anak terjun di masyarakat, kita tak bisa lagi memantau lingkungan di sekitar anak-anak kita.
Semoga anak-anak kita terhindar dari hal laknat seperti itu. Makasih tips2nya, Mak. Sangat berguna sekali. :)
Betul mba Leyna, menjaga anak-anak baik laki maupun perempuan sama sekarang ini harus ekstra hati-hati. Di luar rumah bahaya para predator mengintai mereka. Mudah2an dengan pendidikan agama yang kuat, komunikasi yang baik yang kita lakukan di dalam rumah...bisa membentengi dengan kuat pengaruh lingkungan yang tidak baik...
ReplyDeleteserem juga ya mbak lihat zaman sudah seperti ini
ReplyDeletesaya baru tahu singkatan LGBT itu. Memang ya mak... zaman skrg memang harus hati2. Menjaga anak2 pun harus extra hati2 dan harus selalu memberikan pemahaman2, dimana media skrg ini bebas berbicara apa saja.
ReplyDeletenice info mak....jujur saja saya kalo dirumah, karena yang laki2 cuma suami, seringkali berpakain minim, padahal ada perempuan lain dirumah...ternyata gak boleh ya...
ReplyDeleteYa Allah, zaman ini sudah terlalu aneh buatku, sebisa mungkin memang dari sejak rumah, anak-anak dibelaki ilmu seperti artikel Mak di atas. Sangat membantu untuk para orangtua yang ingin menanamkan perlindungin sejak dini
ReplyDeletekeren banget ulasannya mbak, ini dari persepsi seorang ibu yang takut banget anaknya terkontaminasi sama virus LGBT, ngena banget deh
ReplyDeleteaamiin, semoga Allah sennatiasa menjaga anak-anak kita mba....
ReplyDelete