Selamat dataang! |
Matahari menyembul perlahan dari
ufuk cakrawala. Ombak pantai menderu-deru semakin kencang mendekati bibir
pantai. Setelah semalam menginap di
penginapan sederhana, tepat di sebelah Pantai Sayang Heulang, saya dan keluarga
asyik menikmati matahari terbit dari pinggir pantai. Indaaaah sekali.
Liburan kemarin, kami jalan-jalan ke Pantai
Santolo dan Pantai Sayang Heulang di Pameungpeuk, Garut Selatan. Cerita tentang Pantai Sayang Heulang, sudah pernah saya tuliskan di blog ini. Yang berikut ini adalah cerita tentang Pantai Santolo. Jarak kedua pantai itu hanya tiga jam
perjalanan dari Kota Garut, Jawa Barat, tapi baru pertama kali itu saya ke
sana. Masya Allah, indahnyaaa! Atau saya yang kuper ya, karena itu kali kedua
saya berwisata ke pantai setelah berabad-abad silam *lebay. Biaya penginapan semalam Rp 200 ribu, tenggat
waktu sampai jam 12 siang. Kami tak mau melewatkan waktu untuk kembali bermain
di pantai. Setelah puas bermain di Pantai Sayang Heulang, selanjutnya kami bermain di Pantai Santolo.
Menuju ke Pantai Santolo, melewati pegunungan dan kebun teh. |
Indahnya Pantai Sayang Heulang |
Sayangnya, pantai ini belum
dimanfaatkan secara maksimal sebagai obyek wisata. Buktinya, saat saya datang
di hari Jumat, tak ada seorang penjaga tiket pun. Jadi, saya bebas tiket masuk.
Keesokan harinya, baru deh ada dua orang penjaga tiket. Masih menjadi pertanyaan
saya, apakah mereka memang hanya berjaga di hari libur karena sepinya
pengunjung di hari biasa? Penginapan-penginapan yang ada di sekitar pantai pun
masih kosong melompong. Kabarnya, penginapan itu baru penuh di hari lebaran,
karena banyak wisatawan. Memang beda ya
berlibur ke tempat wisata yang sepi pengunjung. Kita jadi bebas mengeksplorasi
pantainya, karena sepertinya hanya keluarga saya satu-satunya wisatawan yang
terlihat di pantai. Setelah jam dua siang, baru deh banyak orang yang datang, itupun
nelayan-nelayan yang mau mengambil rumput laut.
Neneknya anak-anak mengajak kami
ke Pelelangan Ikan di Pantai Santolo, dua kilometer dari Pantai Sayang Heulang.
Di Pantai Sayang Heulang, tak ada yang jualan ikan buat dibakar atau dibawa
pulang sebagai oleh-oleh. Tak perlu mandi dulu, kami langsung berangkat ke
Pantai Santolo, sekalian cari sarapan karena perut sudah keroncongan. Tak ada
rumah makan yang sudah buka pagi-pagi di pinggir Pantai Sayang Heulang, karena
kami datang bukan di hari libur, jadi pengunjungnya tak banyak.
Bagian depan penginapan |
Bagian dalam penginapan |
Waah.. rupanya di pinggir Pantai
Santolo itulah pusat keramaian wisata pantai di Pameungpeuk ini. Ada
penginapan, pasar, dan sudah tentu… tempat pelelangan ikan. Perahu-perahu
nelayan tertambat di bibir pantai. Sudah ada penjual ikan segar yang menunggu
pembeli, tapi kami memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar ke pinggir pantai.
Menyaksikan geliat nelayan yang akan maupun sudah melakukan aktivitas melaut.
Perahu-perahu yang tertambat itu
nyaris semuanya berwarna biru. Ombak pantai sedang pasang, menerjang bebatuan
karang yang besar-besar di sekitar pantai. Kalau tak dicegah, anak-anak pasti
sudah berlarian ke arah laut, melewati batu-batu karang yang tajam. Suara ombak
terdengar sangat kencang. Bau amis pun menguar, menandakan keberadaan ikan-ikan
yang begitu dekat. Ikan-ikan laut berukuran besar, sebagian dijajarkan oleh
para pedagang di depan pelelangan. Pengalaman yang luar biasa, memperkenalkan
laut, ikan, perahu, dan nelayan di Pantai Santolo kepada anak-anak saya. Mereka
menunjuk-nunjuk perahu nelayan dengan mata membesar, karena baru pertama
kali menyaksikan dari dekat.
Menyaksikan perahu nelayan yang berlabuh |
Jajaran perahu nelayan di Pantai Santolo |
Di kejauhan, saya melihat sebuah
perahu nelayan sedang berjuang menuju ke dermaga. Pergerakannya terlihat
lamban, karena diterjang air laut yang besar. Terombang-ambing di tengah laut,
usai menjaring ikan. Pastilah nelayan itu telah begadang semalaman, demi
mendapatkan ikan-ikan untuk dijual dan dimakan sendiri. Ikan tongkol, kakap,
udang, cumi, dan si mata lembu, hewan laut khas Pantai Santolo. Ada banyak
restoran yang menyajikan si mata lembu sebagai sajian utamanya. Syukurlah
akhirnya nelayan itu berhasil menaklukkan ombak dan menepi di dermaga dengan
selamat. Nelayan-nelayan lain segera menyambut dengan membawa beberapa balok es
untuk mengawetkan ikan yang baru ditangkap. Aktivitas pagi yang menyegarkan
mata.
Duduk di batu karang, tepi Pantai Santolo |
Puas bermain di batu karang, kami
mencari jajanan di sekitar pantai. Ada deretan warung jajan yang menyediakan
beraneka jenis gorengan. Pisang, ubi, bakwan, dan lontong masih mengepulkan uap
panas karena baru diangkat dari wajan penggorengan. Seakan tak ingin kehabisan,
kami berebut mengambil gorengan itu. Pisang gorengnya enak banget, manis. Suami
saya sampai membeli lagi seplastik untuk dibawa pulang, padahal sudah makan
banyak di tempatnya langsung. Wah, harus hati-hati nih kalau banyak makan
gorengan, takut kena sakit tenggorokan.
Makan gorengan di pinggir pantai |
Sakit tenggorokan ini semacam
sakit kegemaran, karena sering menimpa anggota keluarga saya. Suami dan anak
sulung saya sering banget deh kena sakit tenggorokan. Biasanya kalau habis
perjalanan jauh dan makan makanan yang
menyebabkan radang tenggorokan. Saya juga beberapa kali terkena radang
tenggorokan, bahkan pernah sampai parah dan mesti ke dokter. Tenggorokan
bengkak dan susah menelan. Makanya, saya tak mau terkena lagi. Untuk itu mesti
sedia Liang Teh Cap Panda, teh herbal yang berguna meredakan panas dan sakit radang
tenggorokan. Rasanya manis dan enak,
serta beraroma dedaunan. Anak-anak saya pun senang meminumnya.
Semua suka minum Liang Teh Panda |
Kandungan Liang Teh Panda Teh Herbal yang Halal |
Sebelum pulang, sudah tentu kami mampir
dulu di tempat pelelangan ikan. Neneknya
anak-anak menawar beberapa jenis ikan yang hendak dibawa pulang. Kami pun
mendapatkan satu kilo ikan tongkol, satu kilo ikan kakap, dan satu kilo
cumi-cumi besar. Harganya rata-rata per kilo hanya Rp 22 ribu-25 ribu. Murah
sekali, ya?
Menawar ikan di Pelelangan |
Sepulang dari Pantai Santolo,
kami masih meneruskan bermain di Pantai Sayang Heulang. Menghabiskan waktu yang
tersisa. Anak-anak kelihatan seru banget bermain dengan ayahnya. Kami bahkan
menguji adrenalin dengan menembus ombak pantai yang sedang pasang. Saya sampai
nyaris terbawa ombak. Wuiih… seruuu bangeeeet….. Kapan lagi bisa seneng-seneng
di pantai kayak begitu? Anak-anak pun tak mau diajak pulang ke Garut, pengen
tetap di Pameungpeuk. Tapi, tetap saja kami harus pulang. Selamat tinggal,
Pantai Santolo dan Pantai Sayang Heulang. Semoga lain kali kami bisa
menyambangimu lagi.
Sidiq main di pasir |
Anak-anak dan ayahnya belum puas main ombak |
Tips berlibur ke Pantai Santolo,
Garut:
- Untuk sampai ke sini, harus menggunakan mobil pribadi atau carteran, karena tak ada angkutan umum. Maklum, perjalanannya menembus pegunungan dan kebun teh.
- Tidak ada sinyal telekomunikasi, kecuali hanya dari dua operator seluler besar, itupun sinyalnya tidak penuh. Kadang ada, kadang hilang. Bisa dibilang, kita susah mau foto selfie dan langsung dikirim ke jejaring sosial, hehehe…..
- Harga penginapan semalam sekitar Rp 200 ribuan, hanya tersedia tempat tidur dan kamar mandi. Untuk minum, air panas, bisa dibeli di warung dekat penginapan. Kecuali kalau membawa peralatan masak sendiri.
- Pagi hari, ombak pasang, harus hati-hati terutama yang membawa anak kecil. Jangan sampai terbawa air laut. Siang hari, air surut sehingga kita bisa berjalan sedikit ke tengah laut dan melihat batu karang beserta kerang-kerang yang masih hidup.
- Harga seafood di restoran sekitar pantai, lumayan mahal. Sekilo sekitar Rp 80 ribuan. Mending beli aja ikannya di pelelangan ikan dan dibakar sendiri.
- Ada beberapa larangan yang tercantum di papan larangan: tidak boleh buang sampah sembarangan, mengambil pasir, batu karang, dan tidak boleh mengambil ikan dengan cara-cara yang merusak. Patuhi ya, jangan dilanggar. Supaya anak cucu kita kelak juga bisa menikmati wisata pantai yang indah ini.
ada angkutan umum koq, bis juga masuk kesana. Bisa naik dari terminal cicaheum Bandung, dari terminal Leuwi Panjang, atau dari Garut bisa naik dr terminal garut :D. Ada Elf atau bis DARINI
ReplyDeleteOooh iya ya, Maak.. soalnya waktu ke sana tuh sepiii banget. Pengunjung yg dateng rata-rata pake motor dan mobil pribadi, jadi kirain gak ada angkutan umum. Makasih infonya, Maak.. :-)
DeleteIkannya maakk..gede2 pisan. Kebayang bakar2 ikan sambil mantai...seruu ^^
ReplyDeleteIya Maak.. bisa ngebakar di sana juga, asal bawa alat2 buat bakar ikan, atau minta dibakarin sama tukang ikannya juga bisa :-)
DeleteWisata pantai memang asyik ya mak. Bersyukur kita lahir di bumi Indonesia, yang surganya pecinta pantai
ReplyDeleteHo oh, alhamdulillah kita punya banyak wisata pantai ya ^^
DeleteSaya punya foto pantai Santolo yang keren bingit. Lupa yang ngambil foto saya apa suami. Malah pernah dijadikan foto pameran di Batam. Orang-orang pun bertanya ini pantai mana. Garut dong :D
ReplyDeleteBagi fotonya, maakkk.... fotografer mah beda deh hasil fotonya ^^
DeleteWaah...jadi pengin ke Pantai Sayang Heulang deh.Kayaknya masih alami da asik banget.Ntar kalau pengin ikan baru ke Santolo...
ReplyDeleteMasih alami, Mak, karena jarang yg datang. Sekali datang, bisa langsung ke dua pantai ^^
DeleteBaru tau kalau di Garut ada pantai yang namanya unik :D eh itu minuman kesukaanku juga lho mak.
ReplyDeleteWaah Mak Mira suka Liang Teh Cap Panda juga yaa... enak dan sehat yak.. :-)
Deletewuih seru yaa jalan-jalannya
ReplyDeleteEmang seru, Maaak ^^
Deleteseru yaa acara jalao2 dipantainya
ReplyDeleteWah pasti menyenangkan acara jalan2nya ya mak, apalagi melihat hasil laut yang banyak dan besar2 tambah betah deh jadinya, sukses untuk lombanya ya mak
ReplyDeleteAlhamdulillah,seneng banget Mak, Excited! :D
DeleteDari dulu merencanakan touring ke pantai2 di Garut belum kesampaian... hiks...
ReplyDeleteAyoo, Maaak.. deket kaaan... :D
Delete