Harga buku semakin mahal? Saya terkejut saat melihat harga novel yang sedang saya baca yaitu Rp 135.000. Novel itu adalah hadiah dari teman anak saya saat perpisahan kelas. Wah, ternyata harga buku cetak sekarang ini mahal sekali ya. Di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit akibat pandemi, masyarakat pun akan lebih memilih membeli kebutuhan pokok daripada buku. Apalagi dengan harga buku yang sangat mahal. Barangkali hanya buku pelajaran yang bisa dibeli.
Vita Agustina bersama bukunya. Foto: dokumen pribadi Vita Agustina. |
Tak heran kalau belakangan ini semakin banyak toko buku yang tutup. Kalaupun masih bertahan, mereka lebih banyak menjual peralatan sekolah dan tulis menulis seperti buku tulis, tas, pensil, dan sebagainya. Kehidupan para penulis pun semakin memprihatinkan karena penerbit buku mulai membatasi jumlah buku yang diterbitkan. Harga buku yang mahal itu disebabkan oleh harga kertas dan pajak buku yang semakin tinggi. Ditambah lagi sekarang ini generasi muda lebih suka bermain di media sosial daripada membaca buku, sehingga jumlah pembeli buku pun berkurang.
Sebenarnya para penulis masih bisa menuangkan isi pikirannya dengan kehadiran platform-platform menulis atau buku digital. Akan tetapi, saya sendiri lebih suka membaca buku yang dicetak karena lebih ramah untuk mata, terhindar dari radiasi sinar biru ponsel. Buku cetak juga bisa menjadi tabungan lho. Dulu saat saya sedang kehabisan uang, saya menjual buku-buku koleksi saya yang sekiranya sudah tidak dibaca lagi. Di marketplace juga banyak orang yang menjual buku-buku koleksinya.
Membaca buku cetak juga tidak memerlukan koneksi internet. Kalau internet sedang bermasalah, kita masih bisa mengisi waktu dengan membaca buku cetak. Seperti yang saya alami kemarin saat wifi mati selama dua hari karena gangguan. Untung saja saya masih ada stok novel yang belum dibaca. Saya pun masih bisa mengisi waktu luang dengan membaca novel ratusan halaman itu tanpa harus melihat gawai.
Vita Agustina, Pegiat Literasi dari Kampung
Seorang penulis buku yang juga seorang pegiat literasi bernama Vita Agustina ini berusaha menghadirkan buku murah untuk membumikan literasi. Berasal dari Bantul, Yogyakarta, Vita Agustina adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan novel, essay, paper, puisi, dan cerpen. Vita telah menggoreskan beragam prestasi di bidang literasi, diantaranya sebagai pemenang pertama sayembara menulis buku oleh PUSKURBUK Kemendikbud pada tahun 2013 dan juara kedua lomba menulis cerpen se-Jawa Timur dan Bali oleh Universitas Negeri Malang pada tahun 2010.
Vita Agustina (baju hijau) dalam sebuah kegiatan literasi. Foto: dokumen pribadi Vita Agustina. |
Beberapa bukunya sudah diterbitkan oleh penerbit-penerbit, diantaranya adalah 400 Years of Love (Penerbit Grasindo, 2016), Istana Awan (Bening Pustaka, 2015), Bring to Future (Horizon, 2010), dan masih banyak lagi buku lainnya. Hasil tulisannya juga dimuat di majalah, koran, dan jurnal-jurnal ilmiah lainnya. Tak hanya menulis, Vita juga menjadi pegiat literasi dengan mendirikan penerbitan buku Bening Rua Pustaka atau Bening Pustaka.
Vita Agustina adalah seorang sarjana S2 jurusan Filsafat Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. Semangatnya membumikan literasi dari kampung ini diwujudkan dengan menerbitkan buku murah dan menebarkan semangat literasi dengan mendirikan komunitas literasi. Di dalam komunitas literasi tersebut, Vita memberikan pelatihan menulis untuk para penulis pemula yang kesulitan menerbitkan buku di penerbit-penerbit besar.
Penerbit Bening Pustaka yang didirikannya pun telah memproduksi banyak buku. Selain menerbitkan buku dari penulis Indonesia, juga menerbitkan buku terjemahan dari penulis Barat dan Asia Timur. Buku-buku itu dipasarkan oleh Krisan Book secara online dan offline.
Buku Stensil, Buku Murah ala Vita Agustina
Tak hanya menerbitkan buku melalui Bening Pustaka, Vita juga menerbitkan buku stensil dengan harga murah meriah. Buku stensil adalah buku yang dijahit secara manual, jumlah produksinya terbatas, dan tidak menggunakan ISBN. Didasari oleh keprihatinan akan harga jual buku yang mahal, Vita pun ingin menghasilkan buku-buku dengan harga terjangkau. Harga buku yang mahal telah memancing para penjahat literasi yang menggandakan buku secara ilegal. Buku-buku bajakan banyak dijual di mana-mana, tentu saja itu sangat merugikan penulisnya.
Buku-buku bajakan dijual dengan harga sangat murah, tetapi tidak memberikan keuntungan sepeser pun untuk penulisnya. Vita pun menerbitkan buku stensil melalui lini khusus "Penjaja Buku" sejak tahun 2019. Uniknya, buku stensil ini diproduksi dengan cara dijahit secara manual sehingga tidak bisa difotokopi. Hasil produksinya pun terbatas. Harganya super murah, hanya segelas kopi kekinian. Kisaran Rp 10.000 - 20.000 per buku.
Salah satu buku stensil. Foto: instagram @pendjadjaboekoe |
Buku stensil ini bisa menjadi sarana para penulis pemula untuk mulai menerbitkan bukunya. Tentunya para penulis pun mendapatkan keuntungan dari penjualan bukunya. Buku terbitannya bisa dilihat di akun instagram @pendjajaboekoe. Berhubung produksinya terbatas, maka bila ingin membelinya harus memesan dulu atau pre order. Selanjutnya nanti bukunya akan diproduksi sesuai jumlah pesanan.
Hal ini tentu saja sangat bagus untuk menghilangkan kemubajiran dalam penerbitan buku, karena jumlah produksinya sama dengan jumlah pemesanan. Tidak ada buku yang mengendap di gudang, berakhir dengan dimakan rayap atau dibakar. Para penulis pun bisa menerbitkan buku tanpa harus mengalah pada permintaan pasar. Mereka bisa menerbitkan buku sesuai dengan isi pikirannya dan mencari pembaca yang menyukai isi pikirannya.
Penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra Indonesia
Usaha Vita Agustina sebagai pejuang literasi ini telah membuatnya mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards di bidang pendidikan pada tahun 2018 dari Astra Indonesia. Melalui kegiatan Literasi dan Detak Jantung Peradaban, Vita telah menebarkan semangat literasi dari kampung.
SATU Indonesia Awards adalah kegiatan yang diadakan oleh Astra Indonesia melalui PT Astra International Tbk untuk mendukung Sustainable Development Goals Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada para pejuang di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi. Diadakan sejak tahun 2010, PT Astra International Tbk memberikan bantuan dana pembinaan dan pembinaan kegiatan pada masing-masing penerima awards dari seluruh provinsi di Indonesia.
Penghargaan itu dapat memotivasi generasi muda untuk memaksimalkan potensi dan bakatnya demi kemajuan bangsa. Kekayaan Indonesia itu bukan hanya sumber daya alam, tetapi sumber daya manusianya. Jumlah penduduk Indonesia yang besar ini dapat menjadi modal membangun bangsa bila mereka berkualitas. Kualitas generasi muda ditentukan oleh pendidikannya.
Salah satu pendorong kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan adalah tingkat literasinya. Itulah mengapa SATU Indonesia Awards juga memberikan penghargaan kepada pejuang literasi, salah satunya adalah Vita Agustina. Semoga saja dengan pemberian awards dari SATU Indonesia ini akan semakin memotivasi generasi muda agar ikut berkontribusi memajukan bangsa di bidangnya masing-masing.
Melihat bagaimana indeks membaca negara ini, sosok seperti Mba Vita Agustina ini penting banget. Soalnya dari orang seperti beliaulah, masyarakat bisa lebih mengenal literasi melalui buku-buku. Keren!
ReplyDeletesalut banget dengan kegigihannya membantu agar semangat dan daya baca meningkat. walaupun kualitas stensilan pasti tak sebaik yang dicetak tapi paling tidak rapi dan bisa dibaca dengan baik. semoga makin banyak yang membantu
ReplyDeleteBaru tahu Mbak Vita Agustina dapat penghargaan dari Astra. Keren banget perjuangannya.
ReplyDeleteSalut sekali sama sosok pejuang literasi seperti Vita Agustina ini. Dan saya baru tahu ada istilah buku stensil yang dibuat dengan cara dijahit. Menarik.
ReplyDeleteWah orang bantul ya, semoga bisa jumpa beneran di dunia nyata inspiratif banget terutama kemauan untuk bikin buku stensil yang murah meriah itu. Keren
ReplyDeleteInspiratif ya mbak
ReplyDeleteDengan begini bisa membantu meningkatkan tingkat literasi masyarakat kampung ya mbak
SDM masyarakat pun meningkat
Salut dengan kiprahnya kak Vita ini.
ReplyDeleteKarena memang suka bingung sih mau kirim naskah ke penerbit, cocokannya itu
Adanya penghargaan seperti dari SATU Indonesia ini semoga semakin memupuk semangat generasi muda lainnya untuk terus berbuat positif bagi diri dan masyarakat serta lingkungannya. Dalam bidang apapun ya
ReplyDeleteHarga buku bacaan di tanah air memang termasuk cukup tinggi, sehingga masyarakat kelas menengah ke bawah tentu akan memasukkannya dalam kebutuhan tersier akibat harganya. Keren Mba Vita, berjuang membuat aksea akan buku murah lebih mudah didapat.
ReplyDeletesetuju kak, sekarang banyak banget toko buku yang tutup karena menurun nya minat masyarakat membeli buku cetak. Kebanyakan sekarang lebih memilih beli buku pdf atau melalui online shop.
ReplyDeleteWahh kagum sekali dengan kiprah Kak Vita Agustina yang begitu serious mengabdi untuk peningkatan literasi terutama di kampung
Keren sekali kak Vita Agustina yang langkahnya menginspirasi.
ReplyDeleteAda banyak cara untuk memalsukan karya orang lain, namun ada juga cara mencegahnya. Dan aku baru tau banget kalau kini ada Buku stensil.
Sangat bangga dengan mba Vita ini. Menjual buku-bukunya dengan harga terjangkau untuk mendukung gerakan gemar membaca. Patut diapresiasi dedikasinya
ReplyDeleteAku sendiri juga lebih suka baca buku Mbak drpd baca novel di platform2 gitu, tapi ya itu... Harga buku mahal. Untuk menyiasati, aku sekarang suka pinjam ke perpustakaan daerah. Btw, aku kepo sama buku stensil ini.
ReplyDeleteSalut sama Vita Agustina dan kiprahnya di dunia literasi. Indonesia butuh banget ya generasi seperti ini, mengingat pemerataan literasi dan pengembangan kebiasaan membaca belum menjangkau banyak daerah terpencil di Indonesia. Semoga melalui Satu Indonesia Award, akan ada lebih banyak orang seperti Vita ya
ReplyDeletewah aku cupu banget baru tau ada yang namanya buku stensil. kok jadi penasaran sama proses pembuatannya, gak kebayang buku dijahit itu gimana
ReplyDeleteJadi pengen punya buku stensil begini. Harga buku memang semakin mahal ya mba. Aku sendiri lebih sering beli buku ke lapak buku bekas jadinya. Tapi memang hrs hati2 milih jgn sampe yg bajakan. Aku anti kalo soal itu, harus asli, walopun bekas.
ReplyDeleteMataku juga ga kuat kalo baca ebook, makanya sampe skr ttp lebih suka buku fisik.
Eh tapi kalo mau jujur nih, sebelum baca tulisan ini, aku selalu mengira buku stensilan itu buku yg isinya ga bagus, mengarah ke mesum. Soalnya di beberapa buku yg aku baca pernah menyentuh dikit soal stensilan dan ditulis begitu 😅. Tapi ternyata buku stensil itu buku yg dijahit manual toh 👍❤️. Oalaaah, salah kaprah selama ini... Salut utk mba Vita Agustina, usahanya mengeluarkan buku murah dan membangkitkan minat baca layak buat diapresiasi. Mengingat negara kita msh termasuk yg rendah sekali literasinya 😔