Kasus-kasus keracunan jajanan
anak yang banyak diberitakan di media massa, membuat saya prihatin. Sebagai ibu
dari tiga orang anak yang sedang aktif-aktifnya, tentu saya ingin anak-anak
mengonsumsi makanan yang aman, sehat, bergizi, dan baik bagi tumbuh kembangnya.
Berdasarkan pengawasan yang dilakukan oleh BPOM terhadap jajanan anak di
sekolah-sekolah, sekitar tahun 2008-2011, terdapat 40-44 persen jajanan anak
yang tidak memenuhi syarat. Pada kasus keracunan jajanan anak di sebuah sekolah
di Tasikmalaya, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya menyebutkan bahwa sekitar
60 persen jajanan anak di sekolah, tidak layak konsumsi dan tidak sehat.
Sumber: Tribun News |
Sumber: Koran Sindo |
Sumber: DetikHealth |
Bagaimana mungkin kita memberikan
makanan yang tidak sehat dan tidak layak konsumsi, bahkan dapat menimbulkan
keracunan kepada anak-anak, sementara mereka sedang membutuhkan asupan makanan
sehat dan bergizi untuk tumbuh kembangnya? Makanan-makanan yang berpotensi
menyebabkan keracunan kepada anak-anak, diantaranya:
- Mengandung bahan pengawet, pemanis, dan pewarna buatan yang berlebihan dan berbahaya, serta tidak dimaksudkan penggunaannya untuk makanan, misalnya: Rhodamin B (pewarna makanan warna merah).
- Mengandung bahan tambahan berbahaya, misalnya boraks dan formalin (pengawet mayat).
- Tidak diolah dengan higienis, terutama jajanan gorengan dan yang dimasak oleh penjual.
- Dijual di tempat terbuka tanpa ada penghalang antara makanan dan udara luar.
- Sudah kadaluarsa, busuk, rusak, dan tidak layak konsumsi.
Sebagai orang tua, kita harus
peduli terhadap jajanan anak-anak ini. Anak-anak usia 5-12 tahun masih belum
mengerti mengenai jajanan yang sehat maupun tidak sehat, apabila orang tua
tidak memberikan pengertian. Seringkali mereka juga terpengaruh oleh
teman-temannya yang asyik menikmati jajanan-jajanan tidak sehat. Pertimbangan
harga yang lebih murah juga dipakai oleh pedagang sebagai alasan menjual
makanan yang tidak layak konsumsi. Misalnya saja, nugget, sosis, dan bakso yang
mengandung boraks, pewarna Rhodamin B, dan pengawet berbahaya. Warnanya yang
merah sangat menarik hati anak-anak, belum lagi harganya yang jauh lebih murah
daripada makanan sejenis dengan kandungan bahan yang lebih aman.
Saluran pencernaan anak-anak juga
masih sensitif karena belum berkembang sempurna. Tak heran bila mereka gampang
sakit perut, muntah, diare, dan keracunan ketika mengonsumsi makanan yang tidak
bersih dan sehat. Apabila mereka sering sakit, kegiatan belajar mengajar pun
akan terganggu.
Manfaat membawa bekal sendiri ke
sekolah, diantaranya:
- Mengajarkan anak agar tidak terbiasa jajan di sekolah, apalagi jajan sembarangan.
- Mengajarkan hidup hemat, dengan tidak jajan di sekolah.
- Membiasakan makan makanan bergizi, dengan porsi seimbang.
- Menjaga kesehatan pencernaan anak.
- Orang tua dapat mengontrol asupan gizi anak-anak, melalui makanan yang diberikan.
Ismail dan Bekal dari Rumah
Ismail, anak sulung saya, sudah
duduk di TK B. Setiap hari, ia juga membawa bekal dari rumah. Selain
pertimbangan di atas, gurunya juga melarang orang tua memberikan uang jajan
kepada anak. Otomatis, saya sebagai ibu harus terus berpikir bekal apa yang
akan dibawa Ismail ke sekolah, dan pasti dihabiskan olehnya. Ismail termasuk
anak yang pemilih terhadap makanan, jadi saya harus memutar otak untuk urusan
bekal sekolahnya ini. Bekal-bekal yang dibawa Ismail ke sekolah, di antaranya:
nasi dan lauk pauk dengan lauk yang disukainya, roti bakar, spaghetti, susu,
dan buah-buahan. Alhamdulillah, ia selalu menghabiskan bekalnya, dan sudah tentu ia tidak pernah jajan di sekolah.
Wadah tempat makan dan minum
haruslah dipilih yang higienis dan aman. Wadah yang cocok untuk anak-anak,
tentunya yang terbuat dari plastik sehingga tidak mudah pecah dan ringan
dibawa. Masalahnya, wadah plastik juga harus dipilih yang memenuhi standar.
Plastik atau polimer ini terbuat dari berbagai bahan kimia yang apabila terjadi
kontak dengan makanan akan menyebabkan perpindahan (migrasi) bahan-bahan kimia
ke wadah makanan tersebut. Migrasi ini terjadi karena pengaruh suhu makanan,
penyimpanan, dan proses pengolahannya. Semakin tinggi migrasi bahan kimia dari
plastik ke makanan dapat menyebabkan penyakit kanker.
Plastik yang aman sebagai wadah
makanan dan minuman itu harus memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
- Ada simbol gelas dan garpu
- Ada tulisan foodgrade
- Ada tulisan approved by FDA
- Dan merupakan merek dagang yang dipatenkan.
Kerjasama antara Orang Tua dan Guru
Inisiatif orang tua untuk menyiapkan
bekal dari rumah, tidak akan lengkap bila tidak disertai pengawasan guru di sekolah. Para guru juga harus
diberikan kesadaran bahwa jajanan-jajanan yang dijual di sekolah itu tidak
semuanya layak konsumsi. Sewaktu saya SD, saya juga sering mendapati penjual
makanan tidak sehat, misalnya bakso dengan saus merah pekat dan mengandung
boraks, sosis-sosisan, agar-agaran (agar dengan pewarna tekstil), dan lain
sebagainya. Kepala Sekolah dan para guru harus dapat bertindak selektif
terhadap penjual makanan di sekolah mereka.
Walaupun anak-anak sudah membawa
bekal dari rumah, terkadang orang tua masih menyisipi uang jajan karena
khawatir anaknya tiba-tiba ingin makan atau minum, sedangkan persediaan
bekalnya sudah habis. Apabila pihak sekolah tidak menindak para penjual jajanan
berbahaya, sudah tentu anak-anak akan membeli makanan-makanan itu. Jadi, dalam
hal ini, sangat diperlukan kerjasama antara orang tua dan guru.
Agar Anak Memiliki Karakter Hidup Bersih, Sehat, dan Mandiri
Menanamkan karakter hidup bersih,
sehat, dan mandiri dapat dilakukan sejak dini. Justru pada usia dini, anak-anak
lebih mudah menerima masukan dan pelajaran dari orang dewasa. Anak-anak perlu
diajari untuk:
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, agar tidak ada kuman yang masuk ke dalam makanan dan kemudian ditelan oleh anak-anak.
- Memilih makanan yang baik, sehat, dan bergizi. Kalau perlu, disebutkan juga jenis-jenis makanan yang tidak boleh dimakan, misalnya nugget, sosis, bakso yang dijual di abang-abang dengan pewarna merah pekat dan harga murah.
- Membuang sampah pada tempatnya.
- Belajar mandi sendiri.
- Belajar BAB dan BAK sendiri, dengan menggunakan sabun supaya bersih.
- Merapikan mainan yang sudah selesai dimainkan.
Tentunya, orang tua juga perlu
mencontohkan semua perilaku itu, karena anak-anak suka meniru orang dewasa.
Berawal dari rumah, mari ciptakan
karakter bersih, sehat, dan mandiri terhadap anak-anak Indonesia!
***
lengkap banget mak penjelasannnya,,jadi semakin tahu nih,,,
ReplyDeletekadang anak2 suka lupa cuci tangan kalau sudah main :(
ReplyDeletewaktu ngajar PG/TK dulu seru banget kl waktunya breaktime,makan makkannn..baris cuci tangan,duduk manis,berdoa dan buka bekal makanan,,nyammm makan deh,seringnya bawa bekal masakan rumah,jarang beli di kantin ^^
ReplyDeleteulasannya bagus mbak. semoga menang ya
ReplyDeletecalon juara deh kayaknya..
ReplyDeletemantab..
anak-anak jarang jajan mbak, kalaupun jajan mereka tahu mana yang boleh dan tida
ReplyDelete