Apa arti kebanggaan buat saya?
Kebanggaan itu ketika melihat
Ismail mengikuti lomba peragaan busana di acara kartinian di sekolahnya. Ismail adalah anak sulung saya. Usianya 6
tahun, bulan Desember nanti. Saya tak begitu mempersiapkan busananya, yang
penting dia ikutan. Melihatnya bisa tampil di depan guru dan teman-teman
sekolahnya saja sudah membuat saya senang, karena dia jarang bergaul dan
cenderung pemalu. Busananya biasa saja, karena saya sudah kehabisan saat
memesan di jasa persewaan baju adat. Saya tak memikirkan dia menang atau kalah,
yang penting dia sudah maju ke depan. Pada akhirnya, dia memang tidak menang.
Hanya mendapatkan piala keikutsertaan yang saya tebus dengan biaya
keikutsertaan sebesar Rp 20.000.
Ismail dan baju adat Sunda, sebelum ikut lomba Kartinian |
Saya memandangi piala itu dan
terbersit penyesalan. “Duh, kenapa Ismail enggak menang ya?” Juga ada rasa
sebal terhadap anak lain yang menjadi pemenang pertama. Lebih parahnya lagi,
saya berburuk sangka terhadap anak itu, menganggap orang tuanya mengadakan
kongkalikong dengan para juri supaya memenangkan anak itu. Saya lupa dengan
niat awal, bahwa yang penting Ismail ikut serta dan bisa menampilkan
keberaniannya maju ke depan. Keinginan untuk bisa membanggakan kemampuan Ismail
telah memupus rasa syukur terhadap perkembangannya.
Piala Keikutsertaan, bukan Piala Kemenangan |
Kebanggaan itu ketika bisa
melihat Ismail memenangkan lomba makan kerupuk dan mengumpulkan balon di acara tujuh belasan yang
lalu. Seperti sebelumnya, saya hanya ingin melihatnya berani mengikuti
perlombaan. Kemarin adalah pertama
kalinya dia ikut lomba makan kerupuk. Dia sudah terlihat sangat antusias dan
berharap bisa menang, karena menginginkan hadiah yang dijanjikan. Saya juga
berharap dia menang. Bukan karena hadiah, tetapi kebanggaan yang akan saya
peroleh sebagai ibu dari seorang pemenang. Sayangnya, di lomba makan kerupuk, dia tidak menang. Maka, di lomba mengumpulkan balon, saya mencoba membantunya untuk
menang. Lombanya mudah saja. Hanya mengumpulkan balon berwarna sama. Ada tiga
warna: merah, biru, kuning. Sayangnya,
Ismail mengambil balon berwarna sama dengan peserta lain. Dia juga agak lambat
berpikir untuk mengambil balon yang harus diambilnya. Lagi-lagi Ismail kalah
dalam perlombaan. Ada rasa kecewa yang menyelinap di hati saya. Saya lupa
dengan niat awal, bahwa yang penting Ismail berani mengambil bagian dalam
perlombaan itu.
Apa arti kebanggaan buat saya?
Sejak kecil, saya tak pernah
memiliki perasaan bangga terhadap diri sendiri karena orang-orang di sekitar
selalu mengecilkan saya. Saya dianggap tak memiliki kemampuan dan tak layak
menjadi pemenang. Saya tak ingin mengalah pada tekanan orang-orang. Saya
berusaha memunculkan potensi diri yang bisa membuat saya bisa membanggakannya. Apakah
saya berhasil? Ya, beberapa kali saya berhasil mendulang kemenangan. Beberapa
orang juga telah memberikan pengakuan.
Apakah saya bangga? Mungkin iya, tetapi perasaan bangga itu seperti fatamorgana
di tengah gurun sahara. Rasa haus yang ingin selalu dipenuhi, candu yang tak
henti menagih.
Melelahkan sekali kalau kita terus memikirkan pengakuan dari orang
lain. Kepuasan itu dari sini (hati), bukan dari sana. Apa sih arti kebanggaan buat
elo?
Apa yang bisa dibanggakan dari
seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari tinggal di rumah dan bergelut dengan
pekerjaan rumah tangga serta mengasuh anak? Tak ada orang yang melihat
prestasinya, kecuali anak-anaknya. Para orang tua pun tak ingin kelak anak
perempuannya “hanya” menjadi ibu rumah tangga.
“Kamu sudah Bapak sekolahkan
tinggi-tinggi, larinya cuma ke dapur!”
“Jadi perempuan itu jangan di
rumah saja! Harus punya aktivitas di luar rumah juga!”
“Walaupun di rumah, kita juga
harus punya usaha sendiri, supaya gak selalu tergantung sama suami.”
Dan akibatnya, beberapa kali saya
membaca curahan hati para ibu rumah tangga yang berusaha memperlihatkan
eksistensinya di tengah menumpuknya pekerjaan rumah tangga dan anak-anak. Beberapa
berusaha menghibur dirinya sendiri.
“Mungkin sekarang saya tidak eksis, karena sulit sekali bisa eksis di
tengah menumpuknya pekerjaan rumah tangga dan anak-anak. Tetapi, itu lebih baik
daripada saya ketinggalan momen melihat anak saya mengulang bacaan Al
Qurannya….”
Kalau tidak bisa eksis, lalu kenapa?
Apa tujuannya eksis? Untuk “kebanggaan”?
Ketika perasaan bangga itu mulai
masuk ke dalam hati saya, saat itulah saya diserang takabur, sombong, dan
berkecenderungan meremehkan orang lain. Keinginan untuk membanggakan diri
sebagai orang tua yang sempurna, membuat saya meremehkan hal-hal kecil yang
sudah dicapai oleh anak saya.
Apa arti kebanggaan buat saya?
Kebanggaan itu adalah ketika hati
saya bahagia menerima apa adanya diri saya, bukan tepuk tangan atau pujian
bombastis. Berdamai dengan diri sendiri manakala tak semua mimpi dapat
tercapai, yang terpenting adalah bahwa saya sudah berusaha untuk mencapainya
sebab hanya sampai di situ kemampuan saya. Juga ketika saya bahagia menerima
apa adanya anak-anak saya. Tidak
memaksakan mimpi-mimpi saya kepada mereka, sebab mereka berhak memiliki mimpi
sendiri.
Mimpi saya tak harus berbenturan dengan kepentingan anak-anak |
Ketika kita melakukan sesuatu dengan ikhlas, tak berharap pengakuan dari orang lain, maka hasilnya akan lebih membahagiakan. Sekalipun kita tak mendapatkan apresiasi yang sepadan, kita akan tetap memperjuangkan mimpi itu, sebab kita tahu bahwa "nyawa" kita ada di sana.
Credit |
Sebagaimana cerita Lena dalam
novel terbaru Evi Sri Rejeki “CineUs.” Demi menang di Festival Film Remaja, Lena
rela melakukan apa saja. Bukan hanya demi mengalahkan mantan pacarnya yang juga
ikut berkompetisi, tapi juga untuk mempertahankan klub film sekolahnya yang
kurang didukung oleh pihak sekolah.
Intip book trailernya di sini,
hasil kolaborasi Noura Books, LayariaTV, Komunitas Web Series Indonesia, SmartFren,
dan CJ’ Camelia Jonathan. Dari melihat book trailernya saja, saya jadi bisa
mengartikan kebanggaan yang lebih hakiki:
Melelahkan sekali kalau kita terus memikirkan pengakuan dari orang
lain. Kepuasan itu dari sini (hati), bukan dari sana. Apa sih arti kebanggaan
buat elo?
Nah, apa arti kebanggaan buat kamu? Ikuti lomba artikel CineUs Book Trailer di sini.
daleeem tulisannya:) suka fhoto mba ela barengan anak-anak itu....^_^
ReplyDeletemakasiih mb Sarah :-)
DeletePengalaman yang mirip dengan saya, ibu saya yang pernah bilang begitu.
ReplyDeleteMemang kita harus berdamai dengan diri sendiri ya mbak supaya bisa jujur dan menyikapi segala sesuatunya dengan lebih bijak ...
memang pengalaman kita mirip ya, mba.
Deletesenada dengan pengalaman hidup saya meskipun masih banyak yang bedanya ^_^
ReplyDeletehehehe... tentu saja banyak bedanya, mb :D
DeleteBener mbak. Ga perlu pujian dari orang sekitar, lakukan dgn hati ikhlas.
ReplyDeleteYap, ikhlas bikin hati tenang ya mba :-)
DeleteTerharu, dan ke hati tulisannya Mbak.
ReplyDeleteSuatu hari, sepuluh tahun yang lalu, saya menemukan tulisan, "Ketika manusia menilai kita dengan nilai yang tinggi, seberapa besar nilai kita di hadapan Allah."
Alhamdulillah...
Deletebetul sekali, mb. Klo mikirin pandangan manusia, gak akan selesai :-)
jadi pengen ikutan hehhe
ReplyDeleteDeadline hari ini lhoo
Deleteyah proses menjadi ibu dari anak anak yg terlihat biasa memang kdang juga bikin greget, apalagi kita dirumah. tapi dengan yakin pasti ada potensi anak yg blm kita tahu, hal itu bikin saya tenang. ketika dia diremed matematika tapi ulangan PAI nya dapat 100. jadi ya ... semuanya terlihat seimbang heheh
ReplyDeleteHehehehe.. Bu Adya ini pasti lebih berpengalaman deh.
Deleteoo buat lomba, perasaan yg bagian Ismail dan piala pernah baca dulu, tapi bukan buat lomba, hehe
ReplyDeleteIya, udah pernah, tp cuma soal piala itu.
Deletesenang sekali :) .
ReplyDeletesenang apanya? :D
DeleteApa ya yang menjadi kebangganku? *mikir keras
ReplyDeleteMoga menang
Jadi reporter itu kebanggaan, mba
DeleteMenyentuh hati mb...
ReplyDeleteSalam kenal ya :)
Terima kasih, salam kenal juga :-)
Deletememiliki anak-anak adalah sebuah kebanggaan ya mbak ;)
ReplyDeleteinsya Allah, kak Eky :-)
DeleteMemang yang paling sulit itu berdamai dengan diri sendiri. Mbak hebat sudah bisa melakukan itu :)
ReplyDelete