Thursday 15 October 2015

Saat Menjadi Lebih Hebat dengan Mencintaimu

Pernikahan adalah momen paling membahagiakan dalam hidupku. Ketika akhirnya aku bersanding dengan lelaki pilihanku, seseorang yang kupercaya untuk menjagaku. Barangkali cinta kami tak sempurna, tapi aku selalu bersyukur karena Allah telah memilihkan dia untukku. 


18 November 2006, kami menikah setelah melalui perjalanan berliku dari sejak bertemu hingga menikah. Tiga hari setelah berkenalan, aku langsung setuju untuk menikah dengannya. Satu bulan kemudian, dia datang melamar dan direncanakan menikah tiga bulan yang akan datang. Rencana pernikahan yang mendadak, dari status lajang, tiba-tiba sudah mau menikah. 

Namun apa daya, di bulan yang direncanakan tersebut, bulan Agustus, ibuku meninggal dunia dan calon suamiku patah tulang kaki karena kecelakaan. Rencana pernikahan diundur sambil memulihkan kondisi keluarga kami yang baru kehilangan dan menunggu calon suami sembuh. 

Pertengahan November, terjadilah apa yang sudah menjadi kehendak-Nya, sebuah pernikahan dengan adat Sunda, sesuai daerah asal suami. Begitu banyak bantuan yang kuterima dalam pernikahan yang tanpa kehadiran ibuku ini. Linangan airmata tak terbendung kala mengingat ketiadaan ibuku. Sebelum meninggal, ibuku sempat membuat kebaya untuk akad nikah sambil menahan sakit akibat kanker. Ibuku juga masih sempat merencanakan keperluan-keperluan pernikahanku. Insya Allah akan kujaga pernikahan ini sampai maut memisahkan. 

Bertemu dengannya adalah keajaiban...
Menikah dengannya adalah keberkahan...
Menjadi tua bersamanya adalah keinginan...
Untuk suamiku, terima kasih telah memilihku sebagai istrimu... 
Aku merasa lebih hebat setelah menikah dan mencintainya. Aku belajar banyak hal darinya. Dari hal-hal kecil sampai besar. Seperti memasak, mau tidak mau aku harus belajar memasak karena aku memang harus memasak. Dia mendidikku dalam kesederhanaan. Kami bisa saja membeli makanan jadi, tapi dia memintaku untuk memasak. Dari mulai rasanya hambar dan hanya sayuran tumis-tumisan dan gorengan, sampai sekarang aku bisa memasak soto-sotoan, semur-semuran, dan bahkan kue bolu. Itu semua adalah hasil tempaannya yang membuatku bisa mematahkan sugesti bahwa aku tidak bisa memasak. 

Aku juga belajar mengelola emosi, dari yang semula sangat temperamental menjadi sedikit lebih bisa bersabar. Kelembutan dan kebijaksaannya membuatku belajar untuk tidak terburu-buru. Sebagai perempuan, aku malu karena suamiku lebih banyak memiliki stok sabar daripada aku. Kesabaranku terus ditempa setelah memiliki tiga buah cinta darinya. Tiga anak laki-laki yang terkadang lucu, terkadang menggemaskan. Jika mengingat masa-masa awal pernikahan kami, aku bersyukur bisa melewati setiap kerikil hingga batu besar yang menghadang. Tak terhitung masalah demi masalah yang menerpa, tetapi alhamdulillah kami tetap kuat berjalan, berpegangan pada tali komitmen yang telah kami bentangkan di awal pernikahan. 

Aku berharap pernikahan ini adalah yang pertama dan terakhir, terlepas dari takdir Allah nantinya. Itulah mengapa, foto-foto pernikahan memiliki arti yang sangat penting, untuk mengingat perjuangan kami saat pertama memasuki hidup baru. Kami menggunakan jasa fotografer pernikahan, karena hasilnya lebih bagus daripada mengambil foto sendiri atau difotokan orang yang tidak punya basic fotografer. Banyak jasa fotografer pernikahan.

Suvenir pernikahannya dulu itu masih yang tradisional, karena kami angkatan lama jadi belum ada souvenir photobooth. Itu lho, suvenir yang berupa foto di tempat pernikahan. Para undangan bisa membawa pulang fotonya sebagai kenang-kenangan. Selama ini para tamu undangan hanya foto-foto tapi tidak bisa membawa pulang fotonya. Alhasil, fotonya hanya disimpan oleh si empunya hajat. Kalaupun kita mendapatkan foto kita yang ada di acara pernikahan seseorang, ya paling-paling dalam bentuk digital, bukan versi cetak. Dengan adanya souvenir photobooth, para tamu undangan jadi punya kenang-kenangan pernah menghadiri undangan pernikahan rekan atau kerabat tercinta. 

Pernikahan memang salah satu momen istimewa dalam hidup kita, maka abadikanlah ia dengan foto-foto indah yang dapat kita pandangi kembali sewaktu-waktu. 






14 comments:

  1. Semoga bhgia seterusny mak, mjd pernikahan pertama dan terakhir

    ReplyDelete
  2. Menikah itu emang jadi ajang metamorfosis ya. Yg tadinya ngga bisa masak jd bisa, yg tadinya ngga pernah megang kerjaan rumah jadi dikerjain sendiri mau ngga mau. Semangat terus mba, salut sama ketegarannya pas menikah setelah ditinggal ibu meninggal...

    ReplyDelete
  3. Waaah

    Pengantin wanitanya tantiiiiiik...

    ReplyDelete
  4. Semoga samawara selamanya ya, mbak... ;)

    ReplyDelete
  5. 3 hari langsung deal ya mbak? Jarang terjadi lho mbak.....

    ReplyDelete
  6. subhanallah 3 hari?? jodoh memang rahasia Allah ya mak :)

    ReplyDelete
  7. Masya Allah... gimana rasanya tuh mbak di bulan yg tadinya direncanakan pernikahan malah dapet musibah :')

    ReplyDelete
  8. Mbaaak .. semoga bahagia selalu yaa..
    Dan ibunda pun tenang selalu disana

    ReplyDelete
  9. terharu dengan kisahnya..smoga bahagia dunia akhirat mbak :)

    ReplyDelete
  10. Aih story behindnya mengharukan. Beruntung mba Leyla menikah dengan pria yang punya stok kesabaran segudang.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^