Salim mau ikut lomba juga |
Peringatan hari kemerdekaan RI
memang sudah lewat lebih dari sebulan yang lalu, tapi saya baru sempat
menuliskan pengalaman anak-anak mengikuti lomba tujuh belasan. Dulu saya pernah
mendengar ada orang yang berkata, “lomba tujuh belasan itu tujuannya apa? Nggak
nyambung dengan makna kemerdekaan!” Ucapan itu terdengar satir. Memang
kelihatannya lomba-lomba tujuh belasan itu tidak ada sangkut pautnya dengan
perjuangan meraih kemerdekaan. Apakah para pahlawan kita dulu meraih
kemerdekaan dengan lomba balap karung, makan kerupuk, memasukkan paku ke dalam
botol, memasukkan bendera ke dalam botol, panjat pinang, dan sebagainya? Memang
tidak. Lalu, apakah itu berarti lomba-lomba tujuh belasan itu tidak penting?
Kemarin adalah kali kedua
anak-anak saya mengikuti lomba tujuh belasan, terutama si sulung. Kalau
adik-adiknya baru tahun ini ikutan. Seminggu sebelumnya, saya sudah memberikan
mereka semangat. Saya sudah mendaftarkan mereka ke lomba yang sesuai dengan
umurnya: memasukkan paku ke dalam botol dan memasukkan bendera ke dalam botol.
Kelihatannya serupa, tapi tak sama. Tidak mudah membujuk mereka untuk ikut
lomba, apalagi anak kedua itu pemalu sekali. Dia tidak mau tampil di muka umum.
Sampai hari H, saya harus membujuknya dengan berbagai acara agar dia mau ikut.
Pagi-pagi, jam delapan, lapangan
di depan rumah kami sudah penuh oleh anak-anak yang akan berlomba. Hiasan tujuh
belasan berupa bendera merah putih telah memenuhi tempat acara. Hari itu
Minggu, 16 Agustus 2015. Lomba akan berlangsung selama dua hari: Minggu dan
Senin (17 Agustus 2015), tapi anak-anak saya hanya ikut yang hari Minggu.
Penyerahan hadiahnya satu minggu kemudian. Soal hadiah, urusan belakangan. Yang
penting anak-anak saya mau ikut lombanya.
Ayah kasih arahan ke anak-anak |
Si sulung, Ismail, sudah beberapa
kali ikut lomba, jadi lebih mudah dibujuk. Kami sudah menunggu di pinggir
lapangan dari acara baru dibuka. Ternyata lama juga menunggu giliran. Saya
mengajak anak-anak sarapan dulu. Untunglah rumah kami di samping lapangan, jadi
suara pembawa acaranya terdengar sampai ke rumah. Begitu nama Ismail terdengar,
kami bergegas ke lapangan. Lomba pertama adalah memasukkan bendera ke dalam
botol.
Ups, ternyata si kecil, Salim,
yang baru umur tiga tahun mau ikut juga! Dia sampai merengek ingin ikut
memasukkan bendera ke dalam botol. Benderanya berjumlah tujuh buah dan harus
dimasukkan satu per satu sambil berlari. Ismail sampai ngos-ngosan, lari tujuh
kali bolak-balik. Hasilnya, kalah, tapi tak mengapa. Nah, giliran si tengah,
Sidiq, nih. Dia masih harus terus dibujuk supaya mau ikut lomba. Alhamdulillah,
akhirnya mau juga. Lombanya sama, memasukkan bendera ke dalam botol.
Lomba kedua, memasukkan paku ke
dalam botol. Kalau yang ini hanya cukup lari satu kali, lalu cepat-cepat
memasukkan paku ke dalam botol. Anak-anak saya kalah lagi. Kalah atau menang,
bagi saya, anak-anak sudah menang. Mereka sudah berani berlomba. Itu saja yang
penting. Saya tidak memaksa mereka untuk menang dan marah-marah karena tidak
menang. Malah saya tetap memberikan hadiah, walaupun mereka tidak menang. Toh, ini
perlombaan pertama mereka, kecuali Ismail sudah dua kali ikut lomba. Mereka
berani maju ke arena perlombaan saja sudah luar biasa. Mudah-mudahan nantinya
mereka terus semangat berkompetisi dalam hal apa pun. Berlomba-lomba dalam
kebaikan itu bagus, bukan?
Sidiq berhasil memasukkan paku ke dalam botol |
Salim berusaha memasukkan paku ke dalam botol |
Yap, saya melihat perlombaan
tujuh belasan ini bukan masalah lombanya apa, tapi manfaatnya. Jenis
perlombaannya memang tidak ada hubungannya dengan perjuangan meraih
kemerdekaan, tetapi maksud dari perlombaan itu adalah untuk memupuk semangat
berkompetisi anak-anak. Anak-anak jadi berani maju ke depan dan berlomba untuk
menang. Saya juga mengajak anak-anak untuk meraih kemenangan dengan jujur,
sebab kalau tidak jujur, kemenangan itu tidak ada artinya.
Terima kasih ya, anak-anak….
Kalian toh sudah menang di hati Mama….
juga momen yang selalu ingin dikenang dan diulang anak setiap tahun ya mbak
ReplyDeleteKalo lomba anak2 seru ya mak liatnya.
ReplyDeleteLomba makan kerupuk itu yang selalu saya nanti waktu masih kecil dulu. Kalah atau menang, ga peduli karena sudah bisa makan kerupuk gratis he..he..
ReplyDeletekalo anaku yg kecil masih malu2 ikut lonba
ReplyDeletemelatih anak-anak mengenal arti menang dan kalah juga ya mbak
ReplyDeleteselamat ya..heheee, susah juga kadang ya membujuk anak untuk mengikuti lomba, kadang malah pingin menang...tapi ya balik lagi ke pengertian yang diberikan. Faiz juga gitu..lomba bukan kalah atau menang tapi kamu sudah mau ikut lomba, itu kamu sudah menang..hehee
ReplyDeleterame nih disana agustusannya :)
ReplyDeleteSelamaaat mbak. Tulisannya emang kece. Sederhana tapi ngena :))
ReplyDeleteHehehe, jadi ingat anak-anak dulu pas ikut lomba 17an, lucu-lucu ya mbak :D
ReplyDeleteSelamat mbk, inspiratif banget
ReplyDelete