Saturday 1 April 2023

Pentingnya Mengajarkan Kepemilikan pada Anak

 "Mah, minumanku yang di kulkas mana? Siapa yang ambil?" tanya Sidiq, setelah membuka pintu kulkas. 

"Nggak tau. Mamah nggak ambil." 

"Yaaah... Aku simpen supaya dingin. Siapa sih yang ambil?" Sidiq ngomel. Saya harus mendengarkan tantrumnya karena minumannya diambil orang tanpa bilang-bilang. Setelah ditanyakan ke semua orang di rumah, ternyata ayahnya yang ngambil.

Tips Parenting


 

"Semua yang ada di rumah ini punyaku. Jadi terserah Ayah dong mau ngambil," kata suamiku. 

"Ayah jangan gitu dong. Ya emang semua di rumah ini punya Ayah, tapi ada yang udah ditentukan ini punya siapa. Anaknya udah simpan di kulkas supaya dingin. Kalau ambil, ya bilang dong. Kan kesel udah niat minum pas dingin, eh minumannya hilang." Saya jadi nyerocos panjang lebar ke suami. 

Bukan cuma suami yang saya ceramahi, anak-anak juga. Akhirnya sekarang mereka akan tanya dulu kalau mau ambil minuman atau makanan di kulkas jika jumlahnya sedikit. Nggak ada susahnya bertanya. Kalau nggak ada orang di rumah yang ditanyain, ya bisa tanya melalui grup keluarga. 

Pentingnya Mengajarkan Kepemilikan pada Anak 

Ternyata memang nggak semua keluarga mengajarkan soal kepemilikan ini. Kemarin saya membaca thread di twitter tentang seorang ibu yang melabeli susunya di kulkas dengan namanya, supaya nggak diambil orang lain. Respon pengguna twitter pun beragam. Mirisnya, banyak yang mengatai ibunya itu pelit dan lebay. 

Mengajarkan Kepemilikan
Sumber: @tanyakanrl 


Padahal mereka belum tahu apa alasan ibu itu melabeli minumannya. Bisa jadi karena di rumahnya sulit menjaga kepemilikan. Mungkin anak atau suaminya suka mengambil makanan atau minuman tanpa izin. Mungkin susu itu untuk bikin kue. Kalau diminum, susah lagi belinya harus keluar rumah. Mungkin keluarganya susah dikasihtau. Sudah dibilang harus izin sebelum minum, tetap aja diminum. Mungkin juga ibunya nggak sempat ngasihtahu supaya jangan diminum, sehingga lebih mudah ya dilabeli saja. 

Saya sendiri juga sering melarang anak dan suami untuk mengambil makanan dan minuman terutama produk yang harus saya review. Sebelum direview, jangan dimakan dululah. Daripada saya beli lagi. Soalnya pernah kejadian seperti itu. Belum direview, eh sudah habis duluan. Apakah saya pelit? Ya enggak dong. Nanti setelah direview juga saya bebaskan untuk dimakan atau diminum. 

Sebagai ibu, anak dan suami itu yang utama. Saya sering banget nggak pesan makanan yang dimakan oleh anak dan suami. Saya cukup makan apa yang ada di rumah saja. Jadi kalau saya melarang atau menyuruh mereka minta izin sebelum ambil makanan atau minuman, itu bukan berarti saya pelit melainkan untuk mengajarkan soal kepemilikan. 

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Pendidikan dalam keluarga itu akan terbawa di masyarakat. Nggak heran kalau banyak orang yang korupsi, karena mungkin di rumahnya nggak diajarkan soal kepemilikan. Seenaknya mengambil barang orang lain tanpa izin. 

Ada yang bilang juga katanya di keluarganya itu semua makanan dan minuman adalah milik bersama. Jadi ya makan aja, nggak usah ribut soal makanan. Apa iya begitu? Di dalam satu rumah itu kadang ada yang makannya lebih banyak daripada yang lain lho. Kalau nggak ada pembagian, bisa-bisa ada yang nggak kebagian. 

Di antara anak saya juga ada yang makannya banyak. Sudah dibelikan es krim satu-satu, eh dia mau lagi jatah orang lain yang belum dimakan. Wah bisa pusing deh ibunya kalau anak-anak jadi ribut gara-gara ada anak yang mengambil es krim anak lainnya (padahal udah dapat jatah masing-masing). Jangan sampai punya anak bikin cepat tua

Apa sih pentingnya mengajarkan kepemilikan pada anak? 

Agar Anak Tidak Egois 

Egois adalah sikap mementingkan diri sendiri sampai mengorbankan orang lain. Sikap ini akan merugikan diri sendiri dan orang lain kalau terbawa sampai dewasa. Orang lain bisa membenci anak kita kalau anak kita menjadi orang yang egois, karena berteman dengan orang yang egois itu sangat tidak menyenangkan. 

Agar Anak Punya Empati 

Nggak heran sekarang ini banyak orang yang nggak punya empati ke orang lain. Empati adalah kemampuan merasakan kesulitan orang lain. Dengan mengajarkan kepemilikan, anak akan berpikir jika dia mengambil barang orang lain tanpa izin, apa yang akan terjadi? Apakah orangnya akan marah atau sedih? Seandainya aku juga kehilangan barangku, gimana? 

Agar Anak Punya Etika 

Bayangkan kalau anak nggak diajarin soal kepemilikan. Ke depannya nanti dia akan menjadi anak yang nggak tahu etika ketika bergaul di masyarakat. Dia akan mengambil barang orang semaunya, memakan makanan orang tanpa izin, meminjam barang dan nggak mengembalikan. Sebagai contoh, banyak terjadi di rumah kos yang dihuni banyak orang. Makanan yang disimpan di kulkas umum, eh habis dimakan orang lain tanpa izin meskipun sudah dikasih nama. Itu akibat di rumahnya nggak diajari soal kepemilikan. 

Agar Anak Tidak Menjadi Pencuri & Koruptor 

Pencuri dan koruptor adalah orang yang suka mengambil harta orang lain tanpa izin. Bisa jadi sikap itu dibentuk dari masa kanak-kanak, karena nggak diajari untuk nggak mengambil barang orang lain. Nggak heran di Indonesia ini banyak pencuri dan koruptor. Buktinya komentar di thread twitter itu lebih banyak yang menghujat ibunya pelit, daripada mencaritahu kenapa minumannya harus dilabeli. Jangan-jangan ya karena di rumahnya nggak diajari soal kepemilikan. 

Cara Mengajarkan Kepemilikan pada Anak

Lalu, bagaimana cara mengajarkan kepemilikan pada anak? 

Orangtua Harus Jadi Teladan 

Orangtua harus mencontohkan. Jangan mentang-mentang semua barang di rumah itu punya orangtua, lalu orangtua bebas mengambil milik anak. Seperti sikap suami saya di atas itu sebelum saya omelin hehe. Sekarang suami saya sudah nggak begitu lagi. Rumah pun jadi tenteram karena sudah nggak ada lagi keributan akibat minuman hilang di kulkas.  

Minta Izin Sebelum Mengambil 

Wajib sekali mengajarkan anak agar meminta izin sebelum mengambil apa pun di rumah yang jumlahnya terbatas. Lain halnya kalau itu makanan di meja makan yang memang disediakan untuk semua orang ya. Berarti bebas ambil. Kalau jumlahnya terbatas, misalnya susu hanya 2 kotak, es krim hanya 2 buah, kue hanya 2 potong, nah harus tanya dulu itu punya siapa. Anak-anak saya sudah paham ini, jadi nggak perlu lagi melabeli makanan, minuman, atau barang apa pun. 

Minta Izin Sebelum Meminjam 

Kalau barang selain makanan atau minuman, berarti hanya dipinjam. Itupun harus minta izin. Misalnya, charger. Kenapa minta izin? Ya supaya pemiliknya tahu barangnya sedang ada di siapa. Jadi orangtua juga harus membiasakan anak untuk minta izin sebelum meminjam. 

Memberitahu Tentang Kepemilikan 

Orangtua harus memberitahu tentang kepemilikan setiap barang, makanan, atau minuman. Bahwa tidak semua barang, makanan, dan minuman yang ada di rumah itu adalah milik bersama. Ada yang milik bersama, ada yang milik perorangan. 

Insya Allah kalau anak-anak kepemilikan, dunia aman menjadi aman dan damai. Tidak ada lagi anak yang memprotes ibunya gara-gsra melabeli susunya itu, karena ibunya sudah nggak perlu lagi melabeli susunya. 


No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^