Tuesday 12 November 2019

Menjelajah Jakarta Lebih Mudah dengan MRT

Apa yang terlintas di pikiran setiap menyebut "Jakarta"? Pasti kemacetannya yang parah terutama bagian tengahnya, dimulai dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI karena menjadi Central Business District di mana banyak orang yang berkantor di kawasan tersebut. Saya yang pernah tinggal di Ciputat, merasakan betul kemacetan di kawasan tersebut. Paling parah di Lebak Bulus dan Pondok Indah, saya harus memperbanyak stok sabar. 

Stasiun MRT Dukuh Atas 

Dulu saat masih bekerja di daerah Jakarta Timur, saya naik bus dari Ciputat ke kantor pasti selalu bergelantungan di pintu, karena terbatasnya armada transportasi. Tak cukup hanya itu, kekuatan fisik juga diuji dengan kemacetan yang sangat parah saat melewati wilayah Lebak Bulus dan Pondok Indah, sehingga saya harus tahan bergelantungan dan berdesak-desakan dalam waktu lama. Akhirnya, saya memutuskan untuk kos di dekat kantor supaya tidak lagi tersiksa dengan kondisi tersebut. Tentunya, biaya kos jadi memotong uang gaji yang tak seberapa. 

Sejak belasan tahun lalu, sudah ada wacana akan dibangun kereta bawah tanah seperti di film-film Hollywood, untuk mengurangi kemacetan tersebut. Saya sudah membayangkan betapa kerennya kereta bawah tanah itu, meskipun baru terwujud beberapa bulan ini. MRT (Moda Raya Terpadu/  Mass Rapit Transit) Jakarta, namanya. Fase 1 Lebak Bulus - Bundaran HI resmi beroperasi tanggal 24 Maret 2019 yang disambut dengan antusiasme warga terutama yang beraktivitas di sepanjang jalur tersebut. 

Apalagi, pada awal beroperasi, warga bisa menaiki MRT secara gratis dan baru benar-benar membayar tiketnya di awal bulan April 2019. Untuk bisa naik MRT, kita harus memiliki uang elektronik (e-money) atau membeli tiket single trip seharga Rp 15.000. Pemotongan saldo tiketnya tergantung tujuan, mulai dari Rp 3.000- Rp 14.000. Sisa saldonya akan dikembalikan di stasiun tujuan. Harga tiketnya amat murah, apalagi bisa lebih cepat sampai ke kantor. Didukung dengan teknologi modern yang canggih, membuat kita sangat nyaman menggunakan MRT.

Saya sendiri awalnya tidak begitu antusias, karena aktivitas saya tidak melewati jalur tersebut. Sebagai blogger, saya hanya sesekali menghadiri acara di Jakarta dan lebih banyak di kawasan Jakarta Pusat sehingga cukup naik KRL Commuter. Saya jarang menerima undangan kegiatan di kawasan Jakarta Selatan, terutama Lebak Bulus dan Pondok Indah. Sebelum ada MRT, biaya transportasi ke kawasan tersebut sangat mahal kalau naik ojek atau mobil online. Maklum, saya tak paham rute transportasi lain seperti bus. 

Nah, baru di bulan September saya mencoba naik MRT Dukuh Atas karena ada undangan acara di Gelora Bung Karno. Awalnya ragu mencoba MRT. Sebelumnya, saya juga ada acara di Kebayoran Baru. Teman saya mengajak naik MRT ke Stasiun Blok M. Berhubung rumah saya di Bogor, jadi rutenya naik KRL Commuter sampai Stasiun Sudirman lalu disambung MRT Dukuh Atas.

Namun, karena masih ragu naik MRT, saya pakai rute yang biasanya yaitu turun di Stasiun Duren Kalibata dan naik ojek online sampai lokasi. Ternyata, teman saya yang naik MRT bisa sampai lebih dulu. Sedangkan saya terjebak kemacetan. Tak hanya macet tapi juga panas sekali karena sedang musim kemarau.

Selanjutnya saya "terpaksa" naik MRT ke GBK karena di acaranya hari Minggu dan ada Car Free Day di Sudirman. Jalan ditutup untuk kendaraan pribadi. Ojek online termasuk kendaraan pribadi. Saya pun mencoba naik MRT. Pertama kali masuk ke Stasiun Dukuh Atas, saya ter-wow.

Saat memasuki gerbang stasiun, ada satpam yang akan memeriksa tas kita dengan alat pendeteksi benda berbahaya (super scanner). Selanjutnya, kita akan menuruni dua tangga ke bawah tanah. Jangan khawatir, untuk lansia dan orang berkebutuhan khusus, disediakan lift agar lebih mudah menuju ke bawah tanah maupun naik lagi ke atas.

Lift Prioritas 

Tak cukup satu satpam yang memeriksa kita, di bawah nanti ada petugas keamanan lagi yang juga memeriksa dengan super scanner. Bahkan kita juga harus melewati alat pemindai seperti yang ada di bandara-bandara. Jadi, segi keamanannya benar-benar maksimal ya. Jangan sampai lolos deh teroris yang membawa bom ke stasiun bawah tanah.

Selanjutnya, kalau tidak punya tiket ya kita beli tiket single trip. Kalau sudah punya e-money, kita tinggal tap saja di mesin tap tiket yang juga tak kalah canggihnya. Ada petugas jaga juga yang memperhatikan apakah kita sudah mengetap tiket atau belum. Jadi jangan coba-coba masuk tanpa tap tiket hehe.

Loket Tiket Single Trip

Mesin Tapping Tiket 
Tapping Tiket dengan E-Money

Nah, kemudian kita tunggu kedatangan kereta di samping pintu yang ada garis kuning. Walaupun berada di bawah tanah, stasiun MRT ini tidak panas lho. Nyaman sekali malah. Kalau mau salat juga ada musola yang bersih. Mau jajan-jajan juga ada merchant-merchant yang bekerjasama. Asal makannya jangan pada saat naik kereta ya karena dilarang makan dan minum di dalam kereta.

Musola di dalam Stasiun MRT


Menunggu kereta di garis kuning

Setelah masuk ke dalam kereta, udaranya juga sejuk karena AC-nya maksimal. Jadi betah deh di dalam MRT.  Keretanya datang tiap 5-10 menit. Jadi penumpangnya juga tidak sampai berdesakan. Malah sepertinya saya selalu bisa duduk saat naik MRT. Sayang, tidak bisa lama-lama karena keretanya sangat cepat. Baru duduk, eh sudah sampai tujuan.

Bisa duduk nyaman di MRT 

MRT Jakarta benar-benar solusi transportasi modern berteknologi tinggi yang akan memudahkan kita dalam menjelajah Jakarta terutama jika bekerja di Jakarta. Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi memproyeksikan jalur MRT akan sepanjang 200 kilometer dari Selatan ke Utara dan Barat ke Timur. Nantinya berbagai tempat di Jakarta akan lebih mudah dijangkau dengan MRT.

Proses pembangunan MRT tahap I dimulai tanggal 10 Oktober 2014 dan selesai pada bulan Maret 2019, sebagai bagian dari keunggulan dan kinerja transportasi Indonesia selama 5 tahun terakhir. Harapan saya semoga tahap berikutnya juga cepat dibangun supaya makin mudah lagi menjelajah Jakarta, berhubung pekerjaan saya ini memang mengharuskan berpindah-pindah tempat kerja.

Rencananya, MRT tahap 2 akan dibangun di sepanjang Bundaran HI, Sarinah, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, sampai Kota. Nantinya jika semua tahapan MRT selesai dibangun, kita akan memangkas waktu dan biaya perjalanan, mengurangi kemacetan, dan mengurangi polusi udara di Jakarta. Keunggulan transportasi menjadi salah satu faktor kemajuan Indonesia.

Sebagai penduduk Indonesia yang sering beraktivitas di Jakarta, usaha pemerintah ini, terutama Kementerian Perhubungan harus kita apresiasi dan sukseskan keberhasilannya dengan menggunakan transportasi massal yang sudah disediakan. Tidak lagi bersikeras naik pribadi, padahal lebar jalan tidak bertambah. Kalau macet, salah siapa?

Apa lagi keunggulan transportasi Indonesia dalam 5 tahun terakhir ini? Bisa dilihat di:
Instagram: @kemenhub151
Twitter: @kemenhub151
Website: dephub.go.id

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^