Tuesday 20 January 2015

Harapan di Hari Ulang Tahun: Kebersamaan Keluarga

Anak-anak gembira diajak jalan-jalan
Hari ulang tahun saya baru lewat 2,5 bulan yang lalu. Dapat hadiah apa? Diajak liburan ke luar negeri? Dikasih berlian? Dikasih mobil? Atau, apa? Dikasih mobil, alhamdulillah sudah dapat dari suami walaupun masih nyicil. Dikasih berlian, udah dapat juga dari hadiah kuis. Tinggal liburan ke luar negeri yang belum. Ah, tapi apakah kebahagiaan itu sebatas materi? Nyatanya, materi melimpah tidak menjamin kebahagiaan, terutama untuk anak-anak. 


Baru-baru ini saya membaca berita tentang seorang anak SMP yang sekolah di SMPIT ternama, yang saya tahu biaya sekolahnya cukup mahal, bunuh diri di dalam lemari pakaiannya. Setelah ditelusuri penyebabnya, beberapa psikolog memperkirakan anak itu bunuh diri karena kekurangan kasih sayang orangtua. Orangtuanya sudah lama bercerai dan tinggal dengan keluarga baru masing-masing. Si anak ditinggalkan di rumah nenek dan tantenya. Hiks, sedih sekali saya membayangkan seorang anak tumbuh tanpa kasih sayang orangtua. Kalau orangtua sudah meninggal, anak lebih kuat dan tegar karena tahu orangtua sudah meninggal. Lain halnya bila orangtua masih hidup tapi tidak ada di sisinya. Anak akan merasa dicampakkan, sendirian, dan kesepian. 

Kebersamaan keluarga itulah yang sebisa mungkin kami (saya dan suami) berikan kepada anak-anak. Sejak baru menikah, kami sudah terbiasa memberikan waktu untuk keluarga (family time). Dari Senin sampai Jumat, suami sibuk di kantor. Pergi pagi, pulang malam. Jika hari Sabtu dan Minggu masih juga digunakan untuk bekerja, apa gunanya berkeluarga? Kami memanfaatkan family time untuk menjalin kedekatan di antara seluruh anggota keluarga. Terutama setelah anak-anak lahir. Sehari-hari, anak-anak selalu bersama saya, karena saya bekerja dari rumah. Tapi, mereka juga butuh kasih sayang ayah. Tak masalah Ayah bekerja dari pagi sampai malam, asalkan hari libur dikhususkan untuk anak-anak.

Setiap hari libur, kami sempatkan untuk berjalan-jalan bersama keluarga. Kalau sedang tidak ada dana, ya di rumah saja. Untuk memudahkan transportasi keluarga, suami membeli mobil. Tak punya uang tunai, bisa menyicil. Terus terang, sejak punya mobil pribadi, kami jadi lebih mudah bepergian. Apalagi membawa tiga anak usia balita yang masih suka mabok perjalanan dan masuk angin. Akan lebih nyaman bila menggunakan mobil pribadi. 

Jalan-jalan keluarga tak perlu mahal. Misalnya, bersilaturahmi ke rumah kerabat atau keluarga besar. Beberapa waktu lalu, kami jalan-jalan ke rumah bibi dari suami saya di daerah Bogor. Mereka memiliki kolam pemancingan ikan. Seru sekali, anak-anak diajak mancing ikan. Gratis? Sudah tentu. Anak-anak menikmati memancing ikan lele dan nila, yang bisa dibawa pulang. Saya kira anak-anak akan kesulitan memancing, karena itu adalah pengalaman yang pertama kali. Paman anak-anak memberikan pengarahan, bagaimana caranya memancing, karena suami saya malah belum pernah memancing ikan. Ismail memperhatikan dengan serius, dan tidak sabar mencoba. Pertama kali gagal, tapi kemudian berhasil memancing lele ukuran kecil. Anak-anak gembira sekali melihat ujung kail disangkuti ikan lele. 

Ismail berhasil menangkap lele
Melihat keseruan anak-anak, saya jadi terpikir ingin punya kolam pemancingan juga. Bakal bisa menjadi kegiatan homeschooling yang menyenangkan. Sepulang dari sana, anak-anak terus meminta ayahnya menyelesaikan kolam ikan di halaman rumah kami yang belum selesai karena belum ada dana lagi, hehehe.... 

Mancing bareng/ foto: dok. pribadi
Harapan saya di hari ulang tahun yang akan datang (aamiin.. semoga dikasih umur panjang) adalah mempertahankan kebersamaan keluarga seperti yang sudah-sudah. Semoga saya dan suami tetap diberi kesempatan meluangkan waktu berkesan bersama anak-anak. Kalau menyimak kasus anak bunuh diri tersebut, kebersamaan keluarga adalah sesuatu yang mewah yang belum tentu dapat diusahakan oleh semua keluarga. Tak hanya orangtua yang sudah bercerai, orangtua yang masih bersama-sama pun belum tentu dapat mewujudkannya jika lebih mementingkan kehidupan pribadi dan karir. Tentu, karir itu penting, karena dengan karir, orangtua memiliki penghasilan untuk membiayai kehidupan anak-anak. Menyekolahkan mereka di sekolah yang bagus. Akan tetapi, jangan sampai karir mengambil seluruh waktu orangtua yang sedianya diberikan kepada anak-anak agar kita tidak menyesal di kemudian hari. 

"Penyesalan terbesar para orangtua adalah terlalu banyak bekerja." (Riset, Lauren Revell)











6 comments:

  1. perhatian untuk anak sama pentingnya waktu untuk mencari penghasilan dalam bekerja ya mbak

    ReplyDelete
  2. iya mak berkumpul ama keluarga emang tiada tandingannya ya, semuanya memang keluarga nomer satu :)

    ReplyDelete
  3. asik juga kalau punya kolam,bisa betah anak2 di rumah...kalo aku..bikin kolam dimana hiks??

    ReplyDelete
  4. aamiin.....seru emang ya mbak mancing,ayo ke siak,kalo sore banyak warga yang mancing lo hehehe

    ReplyDelete
  5. Keluarga kecil tapi sangat berarti ya Mbak.
    Sukses ya :)

    ReplyDelete
  6. ah ya betul bagi anak2 yang terpenting perhatian ayah ibunya, thifa pernah lo sambil tersedu bilang gini, "Mama ngga usah kerja, main aja sama kakak, kakak ga usah dibeliin mainan," hiks jadi sedih..

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^