Tuesday 30 September 2014

Dapat Jodoh karena Silaturahmi

Jodoh tak dapat diduga datangnya. Kadang kita sudah mengira seseorang itu jodoh kita, ternyata bukan. Menjadi jomblo itu memang nggak enak. Wajar deh, kalau para jomblo sering gusar. Bukan hanya karena bullying dari orang-orang di sekitar dengan pertanyaan maut: "kapan nikah?" tapi juga dari dorongan biologis yang sudah ingin menikah. Bagi saya, usia 25 tahun adalah waktu yang pas untuk menikah. Di usia 24 tahun, saya sempat berkenalan dengan seseorang yang saya kira bakal menjadi jodoh saya, eh ternyata tidak. Saat itu rasanya pahiiit sekali, pengen menenggelamkan diri ke dalam tanah dan nggak muncul-muncul lagi. Barangkali kalau itu saya lakukan, saya akan menyesal karena jodoh yang saya dapatkan kemudian, jauh lebih baik dari jodoh yang meninggalkan saya.


Enam bulan setelah masa berkabung, saya berniat menyegarkan perasaan atau move on dengan jalan-jalan ke Bandung, ke rumah kos teman saya, Kanianingsih. Saya berangkat ke sana bareng teman lain, Mbak Tari. Kami bertiga pernah ngekos bareng sewaktu sama-sama kerja di sebuah majalah. Ceritanya, kami ingin nostalgia setelah berpisah cukup lama. Kania di Bandung, saya di Depok, dan Mbak Tari di Jakarta. Saya dan Mbak Tari yang datang ke Bandung, namanya juga mau jalan-jalan. Rencananya, kami mau ke Daarut Tauhid dan seputar Dago, wilayah kos-an Kania. Seneeeeng banget bisa kumpul lagi, walau hanya semalam. Uhuuuy.. ternyata Kania sudah akan menikah. Sebuah cincin telah melingkar di jemari manisnya. Saya dan Mbak Tari hanya bisa gigit bibir, karena jodoh kami belum terbayang siapa. 

"Coba deh kamu isi formulir biro jodoh ini aja," kata Kania, "tadinya aku mau ngisi ini, tapi aku udah dapat calon dari guru ngaji." Saya dan Kania memang berprinsip nggak akan pacaran sebelum menikah. Sebenarnya kalau dari guru ngaji sih saya udah pernah dapat tawaran, tapi emang bandel gini ya, banyak maunya hehehe.... Ya sudahlah, saya terima formulir itu tanpa berpikir akan mengisinya. Tak disangka, dua minggu setelah kembali ke Depok, saya terpikir untuk mengisi formulir itu, yang saya kirimkan lagi ke Kania. Kania yang memberikan formulir itu kepada Ustadz yang membuka biro jodoh. Sekarang ustadznya sudah meninggal dan entahlah apakah biro jodohnya masih ada. Jadi, jangan tanya ke saya ya hehehe.... *khawatir pada minta alamatnya nih.

Sebulan kemudian, saya ditelepon ustadznya, disuruh datang ke Bandung karena ada lelaki yang mau kenalan alias taaruf. Berdebar-debar jantung saya mengiyakan, padahal saya nggak punya uang buat ongkos ke Bandung. Kondisi keuangan sedang ngos-ngosan karena ibu saya sedang sakit. Berbekal uang Rp 100 ribu, saya berangkat ke Bandung. Oya, saya berangkat bareng Mbak Tari lagi. Dia tertarik banget pengin tau prosesnya. Kami rencananya nginep lagi di rumah kos Kania. Saya ketemu dengan lelaki itu, yang langsung menawan saya pada pandangan pertama. Menurut saya, dia ganteng. Bukan itu saja, yang penting dia soleh, kan? 

Tiga hari kemudian, Pak Ustadz menghubungi lagi untuk mengabarkan bahwa si lelaki tertarik kepada saya. Alhamdulillah! Yah, soalnya saya juga tertarik sama dia sih, jadi nggak bisa menolak. Dua minggu kemudian, saya dilamar. Beberapa bulan kemudian, kami menikah. Sekarang sudah punya tiga anak laki-laki. Sejauh ini, saya bahagia dengan jodoh yang saya dapatkan melalui proses instan. Pada awal pernikahan, memang perlu banyak kompromi dan penyesuaian, tapi kini saya sudah merasa nyaman dan sangat beruntung mendapatkannya, uhuuuui.....

Ah ya, semua itu berkat silaturahmi saya ke rumah kos Kania. Walaupun biaya ke Bandung relatif menggerus kocek yang terbatas, tapi berkahnya luar biasa hebat. Terima kasih, Kania, atas dua lembar formulir biro jodoh yang kauberikan waktu itu. Nilainya sangat besar bagi saya. 



Setelah hampir 8 tahun menikah....















11 comments:

  1. Alhamdulillah... wah ikut senang.... barrokah sekali silaturahminya mbak... semoga selalu bahagia dan langgeng ya pernikahannya...
    Terimakasih sudah berpartisipasi meramaikan GA- saya...

    ReplyDelete
  2. hehe :D perjuangannya sebanding ya dengan jodoh yang didapet, cakep gitu, bun.*uhuy* semoga selalu samara, aamiin

    ReplyDelete
  3. silaturahmi yg membawa berkah ini namanya hehe...
    prosesnya termasuk cepat ya... semoga langgeng terus

    ReplyDelete
  4. uhuuii eneng baca ceritanya :)
    Moga sukses buat GAnya ya Mbak ^_^

    ReplyDelete
  5. Luar biasa ya manfaat silaturrahiim

    ReplyDelete
  6. ihiiiiir.... indahnya silaturahmi

    ReplyDelete
  7. Hihi...jadi inget jaman dulu ya...barakallah Ela..semoga SaMaRa selalu...kapan ya kita bisa silaturrahim lagi...

    ReplyDelete
  8. .barakallah... heheey.. cit cuit... rencana Allah yang indah cepatnya...

    ReplyDelete
  9. alhamdulillah ikut seneng jugaa semoga semakin langgeng .. jodoh tidak bisa di sangka kapan datangnya ;;;

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^