Thursday 21 August 2014

Liburan Gratis ke Bali? Bisaaa –Bagian 2


Alhamdulillah, sampai di Bali :-)
Setelah turun dari pesawat Lion Air, kami pun berjalan ke luar bandara dengan mimik wajah seperti anak yang tersesat, hahaha… Ini pertama kalinya saya ke Bali, jadi wajar dong kalau belum tahu apa-apa. Suami saya sudah dua kali ke Bali, tapi yang pertama untuk urusan dinas dan dijemput oleh rekannya di Bali. Nah, kali ini gak ada yang menjemput, otomatis kami harus naik taksi. Untuk diingat, di Bali gak ada angkutan umum selain taksi dan ojek! Yeaaaay!


Ups, ini hanya berdasar pengamatan saya dan suami lho. Taksi dari Bandara pun adanya taksi tembak. Harganya sudah ditentukan, gak pake argo. Kami cari aman saja deh, pakai taksi Bandara. Tadinya, berdasarkan hasil googling, saya ajak suami jalan ke luar Bandara, nyari taksi Bali Taksi atau Blue Bird yang aman dan pake argo, tapi suami males jalannya. Setelah sempat jalan keluar, kami balik lagi ke tempat pendaftaran taksi bandara, hahaha…. Beberapa kali kami ditawari taksi tembak yang bebas, tapi khawatir juga, takut ditipu atau dibawa nyasar ke mana-mana *paranoid.

Bayar taksi bandara tarifnya flat, Rp 60 ribu. Gak tahu ya kalau jarak tempuhnya jauh, tapi kalau pake argo sih ke hotel kami paling-paling hanya Rp 30 ribu, karena hanya 15 menit perjalanan. Rupanya di Bali ada macet juga. Di depan Bandara, sempat dihadang kemacetan, tapi untung cuman sebentar. Ternyata bener, hotelnya deket dengan Bandara. Tahu-tahu udah sampe aja. Saya belum sempat merekam momen perjalanan itu. Hotelnya kelihatan homy, alias seperti rumah. Teduh dan tenang. Kami sampai di hotel jam 5 sore. Perut sudah diganjal Roti Boy seharga Rp 10 ribu per buah.

Ida Hotel, hanya 15 menit dari Bandara Ngurah Rai
Welcome!
Resepsionis cuman satu, jadi kami harus antri deh, karena sedang melayani turis bule bertato. Yang cewek memakai tank top dan hotpants, yang cowok cuman pake celana panjang (gak pake baju). sejak dari Jakarta, mata ini sudah terbiasa lihat cewek bertank top dan hotpants. Namanya juga di Bali dah ah…. Mereka bicara Bahasa Inggris (ya iyalaaah!). Eh, tau-tau ada seorang bule cowok yang sudah tua menyapa Salim yang sedang bermain di pinggir kolam. Rupanya bule ini ramah juga. Begitu melihat saya, bule berambut pirang itu tersenyum dan mengucap salam, “Assalamu’alaikum….” Kaget juga saya. Bule bisa ngucap salam juga.

Resepsionis Ida Hotel, serasa seperti di rumah

Dari awal, suami udah cerita kalau orang Bali itu agak cuek dan gak ramah sama wisatawan lokal, tapi pengalaman saya di Bali, mereka ramah-ramah kok. Bule-bulenya juga senyum-senyum aja. Padahal, saya sempat merasa takut juga karena berjilbab, dan isu Islam teroris yang begitu kuat, bakal bikin saya ditakuti. Ternyata tidak. Biasa ajalah. Wong sayanya juga senyum-senyum. Sebenarnya kalo saya bisa Bahasa Inggris, saya mau hello-hello juga, soalnya ada beberapa bule yang mengajak saya bicara. “Hello, where are you from?” Berhubung sayanya mingkem, ya mereka juga gak lanjut, wkwkwk…. Akhirnya suami pun mengaku, “Iya, karena aku jutek, jadi mereka juga jutek. Lagian ngapain senyum-senyum sama orang gak kenal?” Wahahahahah…. Maklum, sodara, suami saya emang agak jutek.

Dua Malam di Ida Hotel, Gratiiisss!
Nginap di hotel eksklusif, gratis? Wuuiiih! Impian saya juga ituh. Walaupun gratisan, hotel yang dipilihkan oleh Zombigaret ini tergolong lumayan. Ida Hotel telah berdiri sejak tahun 1970-an, gak heran nih pelanggannya oma-oma dan opa-opa. Mungkin mereka dulunya sering menginap di Ida Hotel, jadi sampai sekarang pun kalau ke Bali, nginepnya ya di Ida Hotel. Saya menempati kamar yang baru dibangun, jadi kamarnya masih terlihat baru dengan teve flat. Kalau kamar yang di bawah, pavilion, itu kamar-kamar lama dengan model lama dan teve tabung (hasil pengamatan suami saya).

Paviliun Ida Hotel, gak perlu naik tangga

Berjemur, yuuuk..
Sayangnya, saya dapat kamar nomor 219 yang ada di lantai 3, gak ada lift, jadi harus naik tangga. Lumayan gempor dah nih kaki. Kayaknya ada dua penginap yang dari Indonesia, sisanya bule semua. Disediakan kolam renang yang sudah dikuasai bule-bule. Suami pun memilih berenang di pagi hari, jam 6, kala para bule masih tidur. Kalau bareng bule yang cewek, bisa ketar-ketir dia hahahaha….. soalnya kan berenangnya pake bikini bok. Kalo kayak saya kan berenang pake celana training dan kaus, makanya tenggelam mulu.

Tiga kali naik tangga ini
Kamar No. 219
Malam hari, kami mencari makan di luar. Makan di hotel, gak kuat bayarnya. Nasi goreng aja Rp 57 ribu per porsi. Sampe inget tuh harganya. Alhamdulillah, ternyata gak jauh dari hotel, ada warung Padang, yeaaay! Heboh banget, nih. Di estalasenya tertulis: HALAL, Muslim. Di dalam warung juga ada kaligrafi Allah dan Muhammad. Ya sudah, mantep deh untuk makan di situ. Bukan apa-apa, soalnya di Bali ini, sudah biasa warung-warung dan restoran menyediakan daging babi, yang diharamkan oleh muslim. Makan malam pertama, habis Rp 35 ribu untuk dua orang. Tapi pas kita makan lagi di sana, kena biaya Rp 50 ribu untuk dua orang. Kok bisa beda ya harganya? :D

Warung Padang Halal
Sehabis makan, kami sempat jalan-jalan sebentar ke Kuta Square yang ramaaaai sekali. Semakin malam semakin ramai deh. Kanan-kiri bule semua. Malah sulit menemukan orang Indonesia, apalagi yang berjilbab. Rata-rata mengenakan tank top dan hotpants. Turis lokal juga sama busananya. Kami mampir sebentar ke Pantai Kuta, gelap dong pastinya. Cuman kedengeran suara ombak. Okay, besok deh ya jalan-jalan ke Pantai Kutanya. Jarak dari hotel ke Pantai Kuta hanya 10 menit jalan kaki. Dekeeet bangeeet…. Syukur deh Zombigaret milihin lokasinya yang deket ke tempat wisata. Jadi kita kan gak ngongkos lagi.

Pulangnya, kami mampir ke Food Mart, beli cemilan-cemilan dan susu untuk Salim. Beli sandal khas Bali, karena saya pakai sepatu yang gak asyik buat diajak jalan ke pantai. Beli es krim juga, tapi halal kok. Pulang ke hotel, daaan… tidur. Kaki rasanya pegaaaal banget. Kami tidur dengan nyenyak saking capenya. Besok masih akan berlanjut, petualangan gratisan ini. Bersyukur banget bisa tidur di kasur empuk dengan udara ber-AC dan menonton HBO. Jadi kepingin kamar pribadiku di rumah juga didesain seperti kamar hotel…. *suami langsung syok.

Pagi harinya, suami bangun jam 4 pagi. Semangat banget dia  pingin menjelajahi Kuta. Katanya sih ingin memburu Sunrise. Tadinya saya mau ikut juga, tapi Salim masih nyenyak banget tidurnya. Kecapean, kayaknya. Saya juga masih ngantuuuk banget. Jadi deh tidur lagi. Suami  berangkat sendiri. Rupanya banyak sekali foto yang dia dapatkan dari hasil memburu Sunrise.

Kata suami, lebih enak memfoto di pagi hari karena orang-orangnya belum bangun. Di pintu-pintu tergantung sesajen yang nantinya akan ditaruh di depan rumah-rumah warga Bali yang beragama Hindu. Isi sajennya itu bunga-bunga seperti yang kita gunakan untuk menabur bunga di atas makam, dupa, dan satu keping biskuit. Ditaruh di wadah dari anyaman daun kelapa muda. Dupanya dibakar, jadi aroma dupa ini tercium ke seantero Bali. Wanginya Bali ini khas deh. Di depan rumah atau toko juga ada patung dewa-dewa, jadi wajar kan kalau Bali ini juga disebut dengan Pulau Dewata?

Bungkusan-bungkusan ini isinya sajen
Ini isi sajennya
Sajen ditaruh di depan pintu rumah atau toko, bisa juga di depan patung dewa. Intinya mah, ini ritual ibadahnya orang Hindu. Suasana Bali ini mirip-mirip dengan kota kelahiran saya, Solo. Di sana juga banyak bangunan-bangunan berbentuk pura, tapi bedanya ya gak dikasih sajen, karena orang Solo banyak yang beragama Islam. Sejarahnya juga kan seluruh Indonesia ini dulunya mayoritas penduduknya beragama Hindu, setelah dijajah Belanda, namanya jadi Hindia Belanda. Kemudian masuklah dakwah Walisongo dan pendakwah lain sehingga mayoritas penduduk Indonesia pun beragama Islam. Tapi, kebudayaan Hindu masih ada yang melekat dalam tradisi kita, juga masih banyak peninggalan-peninggalan agama Hindu, termasuk bangunan-bangunan berbentuk Pura itu.

Sajen di tengah Patung Dewa
Oya, memang benar di sini gak kedengeran suara azan. Jadinya suami solat berpedoman waktu solat aja. Kalau udah jam 12 siang lewat, ya udah Zuhur. Tapi waktu Bali ini lebih lambat satu jam, ya. Sesuaikan aja waktunya, deh. Walaupun sama-sama Indonesia, datang ke Bali ini memberikan banyak pengalaman baru bagi saya. Sampe-sampe kepala saya ini penuh dengan hal-hal yang ingin saya ceritakan. Berada di Bali seperti berada di luar negeri, saking lebih banyak bulenya daripada warga lokal, hahaha…..

Suami balik ke hotel jam 8, saya sudah selesai mandi dan kita siap-siap sarapan gratis. Nah, rada jadi perdebatan juga, apa kita mau sarapan di hotel? Halal, gak? Ya kita lihat aja nanti menunya apa. Ups.. ternyata ada menu daging babinya, yang diberi nama “Bacon.” Saya udah mau ngambil aja tuh, karena saya pikir itu daging sapi. Suami menahan tangan saya, “itu daging babi…” bisiknya. “Bukan, daging sapi…,” elak saya. Sok tau juga ya, udah gak tau, ngotot pula, haghaghag….  Setau saya, kalo babi itu pig. “Bacon itu artinya daging babi!” suami kesal, dan saya cuman bilang, “Ooo….”


Restoran Ida Hotel, cozy dan homy


Pasangan bule ini juga mau sarapan

Sarapan gratis yang pertama
Akhirnya, kami mengambil nasi goreng, tapi rupanya suami masih gak sreg makannya. Besoknya, dia gak mau makan nasi goreng lagi, dan kami hanya sarapan dengan roti bakar, susu, jus jeruk, kue, dan sereal. Segitu juga udah kenyang kok. Yang penting sudah menjauhi sesuatu yang meragukan. Makan siang dan makan malam, tetap di warung  Padang dekat hotel. Setelah sarapan, kami mulai perjalanan menelusuri Kuta dan Legian. Yuuukkkkssss……

Bisa renang gratis niih!

Pose cantik dulu sebelum jalan-jalan :D

Si Ayah siap jadi tukang foto :D









2 comments:

  1. ketemu anjing g mbk???hehehe..q soalnya pernah dikejar anjing waktu di bali hahaha..makanannya emang mahal bingttsss,kan banyak bule :D

    ReplyDelete
  2. wah senangnya bisa honeymoon lagi ^^
    iya waktu di bali mau pesan nasi goreng..ditanya, mau daging ayam atau babi?
    takutnya tempat masaknya kecampur, gak jadi beli deh
    setau saya kalo bacon ada 2 jenis, beef bacon dan pork (babi)..sayang ga ada keterangannya ya
    terus waktu di bali heran..bahkan di ruang yg disediakan untuk shalat (di tempat umum) ada sajennya..

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^