Sunday 8 June 2014

Suatu Siang di Restoran Pizza

Susahnya disuruh diem untuk foto :D
Suatu siang ketika kami sedang berjalan-jalan di Margo City Mall Depok dan baru selesai membeli dua pasang sepatu untuk sekolah anak-anak, Ismail dan Sidiq mengeluh kelaparan. Keluar dari toko sepatu, langsung ketemu restauran Pizza, ya sudahlah kami mampir ke sana. Alhamdulillah, gak penuh dan gak harus antri tempat duduk. Kami langsung menyasar tempat duduk paling pojok yang pakai bangku sofa, supaya lebih enak duduknya, gitu. 


Sebelum kami duduk, sudah ada satu keluarga terdiri atas ibu, ayah, dan seorang anak yang kira-kira seusia Ismail (7 tahun). Kami permisi dulu dong ya, baru duduk. Anak-anak saya langsung beratraksi bak akrobat, seperti biasa deh. Naik-naik ke atas bangku, memukuli piring dengan garpu dan pisau, ketawa-ketawa, cekakakan. Lihat saja ekspresi ayahnya yang bete banget lihat polah anak-anak, hahahahah....... 

Sebelumnya, di toko sepatu, anak-anak sudah berlarian memutari toko sepatu sambil ketawa-ketawa, bercanda, bahkan berguling-guling! Nah itu udah tengah hari, perut lapar, masuk ke resto Pizza, mereka masih aja heboh. Saya sembunyikan saja semua piring yang sudah disiapkan, sembari menunggu Pizzanya matang, daripada nanti disuruh ganti rugi karena pecah semua. 

Di depan Margo City
Saya seringkali merasa capek punya anak-anak yang superaktif begitu. Gak di mana, becanda, pecicilan jalan terus. Kadang kami juga mesti bersuara keras agar anak-anak mau tenang. Tapi, di restoran Pizza itu, entah mengapa mata saya terpaku ke anak dari pasangan suami istri yang duduk di sebelah kami. Kok anak itu anteng banget ya? Dieem.. aja. Ngomongnya juga belum jelas. Trus, posisi duduknya gimana gitu. Setelah lama memperhatikan, barulah saya sadar. Anak itu memiliki kelainan fisik, alias cacat fisik. Dia hanya bisa memandangi teman-temannya (anak-anak saya), berlarian ke sana kemari dan tertawa-tawa, sedangkan dia hanya duduk di kursi bayinya. Ya, walaupun tubuhnya sudah besar, orang tuanya masih mendudukinya di kursi bayi (stroller). Tak perlu waktu lama untuk berpikir. Anak itu lumpuh sehingga masih harus didorong-dorong dengan kursi bayi. Saat makan dan minum pun, dia masih disuapi oleh orang tuanya, bergantian. Bahkan, dia minum menggunakan pipet (selang). 

Si Ayah yang bete :D
Astaghfirullah... saya pandangi anak-anak saya yang masih aktif pecicilan. Memang cape melihat mereka aktif ke mana-mana, tapi bukankah saya harus bersyukur karena anak saya aktif bergerak dan tidak lumpuh? Lihatlah suami istri yang anaknya lumpuh itu. Mereka begitu menyayangi putranya, walaupun putranya tak bisa bergerak, berlarian, dan tertawa-tawa seperti anak-anak yang duduk di sebelahnya (anak-anak saya). Lalu, mengapa saya harus cemberut melihat anak-anak saya yang sangat aktif? 

Siang itu, di restoran Pizza, saya malah tersenyum memandangi keaktifan anak-anak yang luar biasa. 

Baru bisa tenang setelah Pizza datang :D











5 comments:

  1. Maaak...idem sama anak2ku, alweys pecicilan dimana sajah. Becandaan, manjat, dorong2an...duh ribut bin riweuh. Betul mak, kita hrs bersyukur punya anak2 yg ribut bin pecicilan. Nikmat paling membahagiakan adl melihat mereka tumbuh ceria, pintar, dan sehat. Semoga masa kecil yg heboh dan riweuh mnjd kenangan indah u mereka kelak jika dewasa nanti ;)
    Salam buat 3 jagoannya dari 3 boyz jagoanku :*

    ReplyDelete
  2. Dasar anak-anak ya Mak. Nggak peduli di mana juga, yang penting hepi aja....

    ReplyDelete
  3. Wah klo liat anak aktif seneng yah..... Masa kecil emang masa menyenangkan :)

    ReplyDelete
  4. tingkah polah seperti itulah...yang kelak akan selalu kita rindukan

    ReplyDelete
  5. minggu lalu aku ke depok loh mbak, tapi gak sempat mengabari siapa2 :)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^