Thursday 21 November 2013

Don't Worry to be a Mommy: Motherhood is a Heart Work


Judul: Don’t Worry to be a Mommy
Penulis: dr.Meta Hanindita
Penerbit: Stiletto Book, September 2013
Halaman: ix + 171
ISBN: 978-602-7572-18-8
Harga: Rp 40.000

Saya kira dulu menjadi Ibu itu hanya sakit ketika melahirkan, ternyata tidak. Ada yang paling menyakitkan lagi, yaitu bullying dari sesama ibu-ibu. Perbedaan-perbedaan dalam mengasuh anak rupanya menjadi begitu penting di mata para ibu-ibu dan mereka merasa wajib untuk membuat ibu-ibu lain mengikuti gayanya. ASI VS Sufor, Ibu Bekerja VS Tidak Bekerja, Lahiran Normal VS Caesar, Vaksin VS No Vaksin, Makanan Instan VS Alami, dan sebagainya. 


Di dalam buku “Don’t Worry to Be A Mommy” ini dr. Meta Hanindita, seorang ibu yang juga dokter anak, menceritakan pengalamannya menjadi Ibu, mengasuh putrinya, Nayara. Dituliskan dengan bahasa sehari-hari seperti sedang bercerita saja. Bab pertama berisi pengalaman dr. Meta saat hamil dan melahirkan, disertai tips menghadapi baby blues, kondisi umum yang dialami ibu-ibu pasca melahirkan.

Bab kedua berisi pengalaman dr.Meta saat menyusui Naya yang patut diacungi jempol. Naya pernah terkena Breastmilk Jaundice; kuning akibat ASI, sehingga dr.Meta diminta untuk tidak memberikan ASI dulu kepada Naya, tetapi beliau bersikeras karena yakin ASI akan menyembuhkan penyakit kuning bayinya itu. Beliau juga sangat rajin memerah ASI untuk persediaan bila sudah kembali bekerja,walaupun ASI yang keluar hanya sedikit. Setelah bekerja kembali, beliau masih rajin dan berupaya keras mengusir rasa malas untuk memerah ASI demi tetap memberikan ASI Eksklusif enam bulan dan bahkan dua tahun.  

Beliau menularkan semangat itu ke ibu-ibu di sekitarnya. Ini yang secara tak sadar memicu perilaku bullying di antara sesama ibu-ibu. Memang niatnya ingin memberi saran, menginspirasi, mengajak ibu-ibu lain untuk melakukan sesuatu yang kita anggap baik, tetapi sering kali terjebak pada pemaksaan pendapat, saling menghina, dan mengejek. Ada dua pengalaman dr. Meta tentang kampanye ASI-nya yang membekas di hati saya. Yaitu ketika Dea, seorang temannya, tidak berhasil memberikan ASI Eksklusif untuk bayinya tiba-tiba saja mengirim twitpic “ijazah” dari AIMI bahwa anaknya sudah lulus S1 ASI.Ternyata Dea berbohong hanya agar tidak “dinsyinyirin”oleh ibu-ibu di luar sana yang begitu gencar mengkampanyekan ASI.

Pengalaman lainnya, ketika dr. Meta kedatangan pasien bayi berusia 4 bulan yang terkena diare karena gonta-ganti susu formula. Beliau mendesak ibunda Ria agar memberikan ASI Eksklusif saja dan ditolak dengan berbagai alasan, sampai ibunda Ria berkata, “Dok, suami saya meninggal karena AIDS.” Itu berarti, ibunda Ria juga tertular virus HIV dan tidak boleh menyusui bayinya karena bisa tertular juga.

Ma, baca buku ini yaa....
Masalah ASI VS Sufor bukan satu-satunya penyebab bullying terhadap sesama ibu-ibu, karena motherhood is not easy. Hal-hal sepele pun bisa memicu perdebatan,semisal: minum susu hamil atau tidak, bayi dibedong atau tidak, diaper atau clodi, babywalker atau tidak, kereta dorong atau digendong, dan sebagainya. Aduh, susah ya jadi ibu? Don’t worry to be a mommy, karena dr.Meta sudah membagi pengalamannya menghadapi itu semua di dalam buku ini. Di bab-bab terakhir juga diberikan tips-tips menyiapkan perlengkapan bayi, manfaat pijat bayi, persiapan MPASI, memberikan pertolongan pertama pada anak yang sakit, dan tips-tips lain dalam mengasuh anak. Surat yang manis untuk Nayara ditulis oleh dr.Meta sebagai penutup buku ini.

No one can tell you that you’re not a good mother. No one. Motherhood is a heart work and a work with heart never fails.(halaman 65)



10 comments:

  1. Ibu-ibu sekarang sudah menghabiskan waktu berdebat dengan hal-hal yang seharusnya tdak perlu didebat. Ini kan hanya soal pilihan, kenapa dicerca jika seorang ibu memberi sufor ke anaknya. Tragisnya, kadang ditambah dengan judging yang tidak mengenakkan, padahal kita kan tidak tahu apa alasan seseorang melakukan sesuatu.
    Gudlak mbak ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, karena para wanita itu suka "berdiskusi" kali ya, Mba :D
      Makasih udah mampir yaa

      Delete
  2. jiyyalah judulnya pake bhs inggris :D
    bukan salah yg nulis.. yg baca aja kagak jago hehe
    buku yang cakep emang mbak,, beberapa bagiannya bikin sy merenung :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bahasa Inggrisnya gampang kok Mba Bintaaa.....

      Delete
  3. uwahh,jadi penasaran mbk.lumayan kan buat bekal calon ibu ^^

    ReplyDelete
  4. Aku juga enggak suka kalau sudah membedakan pola asuh atau bahkan yang lebih meyedihkan..mereka membandingkan anak-anak mereka yang satu umur, haduuuh...ngelus dada menjadi ibu...tapi Alhamdulillah aku tidak mengikuti arus meraka, aku dan anakku yang tahu adalah kami, dan Inza Allah aku dan anakku ya apa adanya... MEnarik sekali bukunya ya Mba...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya memang suka begitu, jadinya banyak ibu yg tersudut :(

      Delete
  5. itulah sisi ibu2 yang paling saya tidak sukai: saling membandingkan cara mereka menjadi ibu! Sebagai ibu, memang ada cara yang benar2 saya tolak, tetapi ada juga beberapa saya tolerir.

    Misalnya memenuhi kehidupan motherhood dengan aneka mitos dan khurafat saya akan tolak mentah2.

    Tapi untuk masalah ASi vs sufor, MPASI homemade vs instan, lahir sesar vs normal, semua ada titik relatifitasnya sendiri. Gak ada tuh syarat khusus ibu sejati harus ASI, lahir normal, anti makanan instan blah...blah... Saya sebagai ibu yang memberi asi, saya tetap toleran jika ada ibu yang memang tidak bisa memberikan asi karena berbagai alasan yang sulit. Saya membuatkan anak2 saya MPASI bikinan sendiri, tapi tetap membeli mpasi instan saat travelling. Hey, mpasi instan itu non pengawet, jadi jangan disamakan dengan mie instan, hehe.

    Ada contoh kecil tentang asi. Di ruang praktek saya sering sekali melihat ibu2 pasien jamsostek yang tidak menyusui anak yang baru dia lahirkan, tentunya bayi diberi sufor murah. Alasan tidak memberi ASI ekslusif karena bekerja (biasanya buruh pabrik, tukahg cuci, dll). Orangtua seperti ini harusnya diberi edukasi bagaimana cara menjadi ibu bekerja yang menyusui. Setelah diajarkan dengan kadar yang sesuai dengan kemampuan mereka (misalnya botol asip bisa diganti dengan plastik makanan dll), bilangnya gak ada waktu kalau di pabrik, gak punya kotak es, gak sanggup beli pompaan, dll. Parahnya, bahkan, ada yang gak punya kulkas! Duh, ini susah. Di lain sisi, ibu harus bekerja membantu keuangan rumah tangga. Untuk kasus begini, siapa yang masih sombong untuk mencibir ibu yang tidak bisa memberi asi? Untuk case semacam itu, saya selalu ambil jalan tengah: Silahkan beri sufor, tetapi saat pulang ke rumah usahakan beri ASI untuk bayinya.

    Ada lagi curhatan saya. Saya melahirkan secara caesar. Huuhh... ributnya ibu2 tetangga, yang bilang saya cengeng lah, dokternya matre lah, padahal mereka tahu anak saya malpresentasi (wajah menghadap jalan lahir) dan baru ketahuan saat bukaan 8 (ikut mulesnya juga, bok!), tapi tetap saja selalu ada yang bisa menjawab,"wah malah anak saya dulu lahir sungsang pantat, tapi selamat tuh?" Hehe, maaf deh buk, saya gak mau mempertaruhkan 50:50 nyawa saya atau nyawa anak saya. Kalau ada metode lain yang lebih safety kenapa saya tidak pilih yang itu? Toh, kalau memang ibu sejati diukur dari rasa sakitnya melahirkan, mungkin setiap ibu harus merasakan rasanya melahirkan caesar. Caesar lebih sakit bu! Bayangkan satu bulan susah jalan, susah batuk, susah pup, bahkan rasa sakit bekas lukanya bisa terasa sampai beberapa tahun kemudian.

    Memang jangan takut menjadi ibu. Tapi, tetap isi pengetahuan kita bagaimana menjadi ibu yang baik, tidak peduli apakah nanti kita bisa mengikuti semua teori2 yang kita tahu. Ibu yang baik diukur dari perjuangan mereka membesarkan anak2nya, keikhlasan dan cinta kasihnya. Asi, lahir normal, mpasi homemade sampai clodi itu bagi saya nilai plus yang sangat relatif. Banyak kok ibu yang memberi asi dan melahirkan normal tetap bisa membully anak2 yang belum tahu apa2.

    Yah, relatif memang.

    ReplyDelete
  6. Sepertinya buku yang menarik... masukin keranjang dulu buat persiapan :)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^