Thursday 10 October 2013

Drama Pagi dan Malam oleh Anak-anak Saya

Setiap pagi menjelang berangkat ke sekolah, dan malam hari menjelang tidur, pasti ada saja drama yang dipentaskah oleh anak-anak saya, membuat mamanya harus tarik urat leher untuk beberapa lama. Drama pagi, seringnya sih anak-anak gak mau ke sekolah dengan berbagai alasan. Padahal waktu untuk mempersiapkan mereka amat terbatas, secara keduanya masih harus dimandikan, dipakaikan baju, dan disuapi makan. 


Saat mau dimandikan, mereka akan mengeluarkan banyak alasan untuk menolak mandi, entah itu mau minum susu dulu, makan dulu, main dulu, sampai terang-terangan menolak sekolah. Pagi-pagi benar-benar waktunya menguras energi. Yang paling sering susah diajak berkompromi itu Sidiq. Pernah setelah sudah siap pakai baju seragam dan berangkat ke sekolah, eh dia minta makan lontong sayur dulu, padahal udah minum susu dan sarapan juga. Lontong sayur emaknya pun diembat pula. 

Saat mau disuapi pun begitu. Ironisnya kalau saya pas lagi gak punya makanan apa-apa buat sarapan. Mau beli nasi uduk, eh warungnya tutup. Mau beli bekal buat anak-anak, eh warung dekat rumah juga tutup. Udah deh, tambah depresi. Soalnya Ismail kan gak diantar lagi ke sekolah. Kasian kan kalau gak dibawain bekal. Jangan lupa, masih ada adik bayi tuh yang gak kalah butuh perhatian dan semuanya hanya diurus oleh tangan gurita saya.

Drama malam saat mau tidur. Meskipun gak tidur siang, mereka gak ada capenya. Masih aktiiif aja lari-larian, bercanda, sampai berantem kemudian menangis. Energi saya sudah habis setiap memandangi mereka terlelap. Lebih seringnya saya ikut terlelap saking capenya. Menjadi ibu yang seratus persen mengurus anak-anaknya itu memang sangat melelahkan. Tadi pagi saya minta cuti sehari sama suami. Cuti apa? Ya cuti mengurus anak-anak. Rasanya bukan hanya saya, ibu yang ingin cuti sejenak dari mengurus anak-anak.

Dan semua pekerjaan ini, tak ada bayaran secara materi. Itu yang membuat saya mantap menyebutkan bahwa menjadi ibu adalah pekerjaan yang seratus persen IKHLAS. Cuma berharap balasan dari Allah, karena memang gak ada gajinya. Semoga saja saya bisa terus ikhlas, bersabar, dan bersyukur menghadapi anak-anak saya.

1 comment:

  1. "Menjadi seorang ibu sepanjang hari adalah pekerjaan dengan upah tertinggi, karena bayarannya adalah cinta sejati. Udin memiliki itu. Dia akan membayarnya secara tunai setiap hari, semampunya, sepanjang hidupnya." (Rons Imawan, The Fabulous Udin, narasi tentang cinta Udin dan ibunya)

    Tetap Semangat Mbak..

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^